OLIGOPOLI PASAR
MIE INSTAN DI INDONESIA
(Mata Kulian Ekonomi Industri)
Suharmo,SE, MSI
Disusun oleh :
DESSI WULANDARI
C1A015005
KEMENTERIAN
RISET,TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS
PURWOKERTO
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segaloa rahmat-Nya sehingga makalah yang
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berkontribusi dalam
pembuatan makalah yang berjudul “OLIGOPOLI
PASAR MIE INSTAN DI INDONESIA”
Penulis berharap makalh ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Terlepas dari itu semua, penulis
menyadari masi ada kekurangan dalam makalah ini untuk itu penulis meminta kritik dan
saran demi
terwujudnya paper yang lebih baik
Purwokerto, 19 November 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Menyusul krisis
keuangan global yang menghantam hampir semua sektor industri termasuk industri
makanan, industri mie instan juga terkena imbasnya. Ditambah lagi pada 2008
lalu terjadi kenaikan harga bahan baku utama yaitu tepung terigu akibat
penyesuaian terhadap kenaikan harga bahan bakar. Disamping itu kenaikan harga
komoditas di pasar internasional mengakibatkan inflasi yang tinggi dan
melemahnya daya beli masyarakat. Sehingga mempengaruhi pertumbuhan
industri makanan termasuk industri mie instan. Penurunan terjadi terutama pada
segmen bawah karena kenaikan harga jual mie instan seiring dengan
kenaikan harga tepung terigu sebagai bahan baku utama. Akibatnya sebagian
produsen dari mie instan segmen bawah untuk sementara tidak berproduksi, karena
anjloknya permintaan konsumen dari kalangan ini.
Sedangkan
permintaan mie instant dari segmen menengah atas tidak mengalami perubahan.
Sehingga industri mie instan segmen menengah atas tetap bersaing ketat. Namun
demikian, persaingan di segmen menengah atas tersebut sekarang berlangsung
secara lebih sehat. Sebab tidak lagi terjadi perang harga secara terbuka
antara dua produsen besar yaitu Grup Indofood dengan Grup Wings, seperti yang
terjadi tiga tahun belakangan ini. Semua produsen mie instan segmen menengah
atas tersebut serentak menaikkan harga jual produknya menyesuaikan dengan
kenaikan biaya produksi yang tinggi.
Ketatnya
persaingan di dalam pasar mie instan, menjadikan penguasaan pasar oleh
Grup Indofood melalui PT. Indofood Sukses Makmur dengan merk Indomie berkurang
menjadi sekitar 77% dari sebelumnya 90%. Hal ini terutama disebabkan munculnya
pesaing terbesarnya yaitu PT. Prakarsa Alam Segar (Group Wingsfood) dengan
produknya Mie Sedaap yang berhasil merebut sebagian pasar Indofood.
Wingsfood kini menguasai sekitar 12% pangsa pasar.
Sejak lima
tahun terakhir hingga saat ini praktis pasar mie instan hanya menjadi arena
pertarungan antara Indomie (Grup Indofood) dengan Mie Sedaap (Grup Wings),
keduanya menguasai sekitar 89% dari seluruh pasar mie instan di Indonesia.
Sementara sejumlah pemain lainnya memperebutkan sisa pangsa pasar yang sangat
kecil hanya 11%.
Meski terjadi
krisis global, namun pada 2008 lalu produksi mie instan tetap mengalami
pertumbuhan produksi sekitar 6,9% menjadi sekitar 1.544.072 ton dibandingkan
1.443.686 ton pada tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena imbas krisis
global yang juga berdampak pada sektor industri makanan termasuk industri mie
instan, dimana sebagian produsen mengurangi produksi karena permintaan
berkurang. Industri mie instan memiliki nilai pasar yang cukup besar,
pada 2008 lalu diperkirakan mampu menembus Rp 15 triliun. Disamping itu,
potensi pasar masih cukup besar dengan populasi 225 juta jiwa pada 2008,
konsumsi mie instan per kapita baru sekitar 63 bungkus per orang setiap
tahun. Ini masih lebih kecil dibandingkan dengan Korea Selatan yang konsumsi
mie instannya cukup tinggi yaitu 70 bungkus per orang per tahun.
Besarnya pasar
mie instan di dalam negeri menarik minat beberapa pemain diluar Grup Indofood
dan Grup Wings, yang berhasil mengisi ceruk pasar yang ada seperti Mie Gaga,
Mie 100 (Mie Cepek) yang mulai diproduksi oleh PT. JakaranaTama. Begitu
menariknya persaingan antar perusahaan mie instant maka penulis menulis makalah
berjudul “PASAR PERSAINGAN SEMPURNA INDUSTRI MIE INSTAN DI INDONESIA”
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana
mengklasifikasikan industri mie instan masuk pada pasar oligopoli ?
2.
Bagaiamana pangsa (Market
Share ) dari mie instan di Indonesia ?
3.
Bagaimana jumlah
konsumsi mie instan di indonesia ?
4.
Bagaimana
perbandingan konsumsi mie instan dengan negara lain ?
5.
Bagaiamana jumlah
penjualan menurut merk mie instan ?
6.
Bagaimana kualitas
produksi mie instan ?
C.
TUJUAN
1.
Untuk mengetahui
mengklasifikasikan industri mie instan masuk pada oligopoli
2.
Untuk mengetahui
pangsa pasar mie insan di Indonesia
3.
Untuk mengetahui
market share mie instan di Indonesia
4.
Untuk mengatahui
perbandingan konsumsi mie instan dengan negara lain
5.
Untuk mengatahui
jumlah penjualan menurut merk mie instan
6.
Untuk mengetahui
kualitas produksi mie instan
BAB II
LANDASAN TEORI
1.
Pengertian Pasar
Pada teori nya,
pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan
sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja
untuk orang-orang dengan imbalan uang. Secara ringkas pasar dapat di
definisikan tempat bertemunya penjual dan pembeli, penjual yang mempunyai
kemampuan untuk menjual barang/jasa, dan pembeli yang memerlukan barang/jasa,
barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran yang sah seperti uang
fiat.
Klasifikasi pasar secara umum
terdapat 2 jenis :
- Pasar tradisional
Pasar
tradisional adalah pasar yang bersifat tradisional dimana para penjual dan
pembeli dapat mengadakan tawar menawar secara langsung. Barang-barang yang
diperjual belikan adalah barang yang berupa barang kebutuhan pokok. Pasar
tradisional pun dapat dikenali dengan bangunan kios-kios atau gerai, los dan
dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.
- Pasar modern
Pasar modern
adalah pasar yang bersifat modern dimana barang-barang diperjual belikan dengan
harga pas dan dengan layanan sendiri, dan biasa nya barang yang dijual dengan
menggunakan label harga atau Barcode. Pada pasar ini, pembeli tidak dapat
melakukan transaksi tawar menawar secara langsung, melainkan dengan
potongan harga (discount) yang telah ditentukan pihak pengelola pasar,
serta terdapat nya pramuniaga yang membantu melayani pembeli. Contoh dari pasar
modern adalah hypermart, pasar swalayan (supermarket), dan minimarket.
2. Struktur Pasar
Struktur pasar
merupakan penggolongan pasar berdasarkan strukturnya kepada beberapa bentuk
pasar, berdasarkan pada ciri-ciri seperti jenis produk yang dihasilkan,
banyaknya perusahaan dalam industri, mudah tidaknya keluar atau masuk ke dalam
industri peranan media massa/iklan dalam kegiatan industri. Pada analisa
ekonomi dibedakan menjadi pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak
sempurna (yang meliputi monopoli, oligopoly, Duopoli, monopolistik dan
monopsoni). Dibagi kedalam beberapa jenis, yaitu :
a) Pasar Persaingan Sempurna
Pengertian
pasar persaingan sempurna adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan
dengan penawaran di mana jumlah pembeli dan penjual sangat banyaknya/tidak
terbatas, dengan produk yang bersifat homogen atau produk yang sama. Contoh
produknya seperti beras, kentang, gandum dan lain-lain. Ciri-ciri pokok dari
pasar persaingan sempurna adalah:
1. Jumlah perusahaan dalam pasar sangat banyak.
2. Produk/barang yang diperdagangkan sejenis (homogen).
3. Konsumen memahami sepenuhnya keadaan pasar.
4. Tidak ada hambatan untuk keluar/masuk bagi setiap penjual.
5. Pemerintah tidak campur tangan dalam proses pembentukan harga.
6. Penjual atau produsen hanya berperan sebagai price taker (pengambil harga).
7. Sensitive terhadapa perubahan harga.
8. Harga ditentukan mekanisme pasar permintaan dan penawaran (demand and
supply).
Aplikasi :
1. Produsen secara indivigual tidak dapat mempengaruhi harga.
2. Harga ditentukan oleh pasar.
3. Produsen sebagai price maker.
4. Kurva sejajar sumbu horizontal.
Dalam pasar
persaingan sempurna, keputusan mengenai jumlah output perusahaan secara
individual tidak bisa mempengaruhi tingkat harga, dan untuk keputusan mengenai
penentuan harga, kurva permintaan menggambarkan secara horizontal, oleh karena
itu harga dianggap konstan, berapapun output yang dihasilkan. Dengan demikian
maka laba total akan didapat pada saat: MR = P = MC sepanjang P > AVC.
Pasar persaingan tidak sempurna,
yang biasanya ada beberapa jenis lagi diantaranya :
b) Pasar Monopoli
Arti dari pasar monopoli adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan
dan penawaran di mana hanya ada satu penjual/produsen yang menguasai
terhadap permintaan banyak pembeli atau konsumen. Pasar monopoli timbul akibat
adanya praktek monopoli, yaitu pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu pelaku
usaha/penjual yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas
barang dan jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan
dapat merugikan kepentingan umum.
Pasar Monopoli
yang tidak dilarang :
1.
Monopoli by Law
Monopoli oleh negara untuk cabang-cabang produksi
penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak.
2.
Monopoli by Nature
Monopoli yang lahir dan tumbuh secara alamiah
karena didukung iklim dan lingkungan tertentu.
3.
Monopoli by
Lisence
Izin penggunaan hak atas kekayaan
intelektual
Sifat-sifat
pasar monopoli :
1. Hanya terdapat
satu penjual atau produsen yang menguasai penawaran.
2. Harga dan
jumlah kuantitas produk yang ditawarkan dikuasai oleh perusahaan monopoli.
3. Umumnya
monopoli dijalankan oleh pemerintah untuk kepentingan hajat hidup orang banyak.
4. Sangat sulit
untuk masuk ke pasar karena peraturan undang-undang maupun butuh sumber daya
yang sulit didapat.
5. Hanya ada satu
jenis produk tanpa adanya alternatif pilihan atau tidak ada barang pengganti
(close substitute).
6. Tidak butuh
strategi dan promosi untuk sukses.
Pasar monopoli disebabkan beberapa hal sebagai berikut
:
1. Adanya Undang-undang tentang pasar monopoli (undang-undang Monopoli), atas
pertimbangan pemerintah, maka pemerintah dapat memberikan hak pada suatu
perusahaan seperti PT. Pos dan Giro, PT. PLN. PT. KAI. PT.PERTAMINA
2. Hasil pembinaan mutu dan spesifikasi yang tidak dimiliki oleh perusahaan
lain, sehingga lama kelamaan timbul kepercayaan masyarakat untuk selalu
menggunakan produk tersebut.
3. Hasil cipta atau karya seseorang yang diberikan kepada suatu perusahaan
untuk diproduksi, yang kita kenal dengan istilah hak paten atau hak cipta.
4. Sumber daya alam. Perbedaan sumber daya alam menyebabkan suatu produk hanya
dikuasai oleh satu daerah tertentu seperti timah dari pulau Bangka.
5. Modal yang besar, berarti mendukung suatu perusahaan untuk lebih
mengembangkan dan penguasaan terhadap suatu bidang usaha.
Kelebihan Pasar Monopoli :
1.
Mampu mengakumulasi laba super
normal dalam jangka panjang.
2.
Menghasilkan output yang besar
melalui peningkatan efisiensi.
3. Mampu meningkatkan investasi ekonomi.
4. Meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pengaturan harga dua tingkat (
two tier pricing).
5. Keuntungan penjual yang cukup tinggi.
6. Untuk produk yang menguasai hajat hidup orang biasanya diatur pemerintah.
Kelemahan Pasar Monopoli
1. Hilang atau
berkurangnya tingkat kesejahteraan konsumen
2. Menimbulkan
eksploitasi terhadap konsumen dan pekerja
3. Memburuknya
kondisi makroekonomi nasional
4. Membruknya
kondisi perekonomian Internasional
5. Pembeli tidak
punya pilihan lain untuk membeli barang
6. Keuntungan
hanya terpusat pada 1 perusahaan
c)
Pasar Monopolistik
Bentuk pasar di
mana terdapat banyak produsen yang menghasilkan barang serupa tetapi memiliki
perbedaan dalam beberapa aspek. Pasar monopolistic merupakan pasar yang memiliki
sifat monopoli pada spesifikasi barangnya, sedangkan unsur persaingan pada
banyak penjual yang menjual produk sejenis. Seperti shampoo, pasta gigi dan
lain-lain.
Sifat-sifat pasar monopolistik :
1. Untuk unggul diperlukan keunggulan bersaing yang berbeda.
2. Mirip dengan pasar persaingan sempurna. Brand yang menjadi ciri khas produk
berbeda-beda.
3. Produsen atau penjual hanya memiliki sedikit kekuatan merubah harga.
4. Relatif mudah keluar masuk pasar.
Contoh
dalam kehidupan nyata, seperti makanan ringan seperti tahu HOT Jeletot, mungkin
secara konsep sama dengan para pedagang gorengan/tahu goreng yang lain, namun
HOT jeletot memiliki perbedaan pada rasa, yakni rasa pedas yang amat sangat.
Dan itulah salah satu strategi pedagang, yang dapat dibilang masuk kategori
monopolistic.
Pasar Monopolistik memiliki
kebaikan sebagai berikut :
1. Banyaknya produsen di pasar memberikan keuntungan bagi konsumen untuk dapat
memilih produk yang terbaik baginya.
2. Kebebasan
keluar masuk bagi produsen, mendorong produsen untuk selalu melakukan inovasi
dalam menghasilkan produknya.
3. Diferensiasi produk mendorong konsumen untuk selektif dalam menentukan
produk yang akan dibelinya, dan dapat membuat konsumen loyal terhadap produk
yang dipilihnya.
4. Pasar ini
relatif mudah dijumpai oleh konsumen, karena sebagian besar kebutuhan
sehari-hari tersedia dalam pasar monopolistic
Selain memiliki kebaikan, Pasar Monopolistik juga
memiliki kelemahan sebagai berikut :
1. Pasar
monopolistik memiliki tingkat persaingan yang tinggi, baik dari segi harga,
kualitas maupun pelayanan. Sehingga produsen yang tidak memiliki modal dan
pengalaman yang cukup akan cepat keluar dari pasar.
2. Dibutuhkan
modal yang cukup besar untuk masuk ke dalam pasar monopolistik, karena pemain
pasar di dalamnya memiliki skala ekonomis yang cukup tinggi.
3. Pasar ini mendorong produsen untuk selalu berinovasi, sehingga akan
meningkatkan biaya produksi yang akan berimbas pada harga produk yang harus
dibayar oleh konsumen
d)
Pasar Oligopoli
Suatu struktur pasar/bentuk persaingan pasar yang didominasi oleh beberapa
produsen atau penjual dalam satu wilayah area atau pasar. Umumnya jumlah
perusahaan lebih dari dua tetapi kurang dari sepuluh. Karena minimnya jumlah
penjual, maka selalu ada hambatan untuk memasuki pasar. Penetapan harga oleh
para penjual harus dipertimbangkan oleh pesaing-pesaing lain. Dengan kata lain,
reaksi pesaing terhadap keputusan harga dan output adalah paling penting dalam
pasar oligopoly.
Adapun karakteristik pasar
oligopoly :
1. Hanya sedikit perusahaan dalam industry (few number of firms).
2. Produknya homogen atau terdiferensiasi (homogen or differentiated product).
3. Pengambilan keputusan yang saling mempengaruhi (Interdependence Decisions).
Sifat-sifat pasar oligopoli :
1. Harga produk yang dijual relatif sama.
2. Pembedaan produk yang unggul merupakan kunci sukses.
3. Sulit masuk ke pasar karena butuh sumber daya yang besar.
4. Perubahan harga akan diikuti perusahaan lain.
Jenis-jenis pasar Oligopoli
Berdasarkan produk yang diperdagangkan, pasar
oligopoli dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Pasar oligopoli murni (pure oligopoly)
Oligopoli murni
adalah menjual barang yang homogen. Biasanya banyak dijumpai dalam industri
yang menghasilkan bahan mentah atau merupakan praktek oligopoli dimana
barang yang diperdagangkan merupakan barang yang bersifat identik, misalnya
praktek oligopoli pada semen.
2. Pasar oligopoli dengan pembedaan (differentiated oligopoly)
menjual barang
berbeda, barang seperti itu umumnya adalah barang akhir atau
merupakan suatu bentuk praktek oligopoli dimana barang yang diperdagangkan
dapat dibedakan., misalnya pasar untuk komputer, seperti Acer, hp, Asus, IBM
dan lain-lain.
Produk-produk
air mineral dalam kemasan merupakan salah satu contoh bentuk praktek pasar
oligopoli murni, sebab produk yang ditawarkan merupakan barang yang bersifat
identik.
Kelebihan pasar Oligopoli
1. Memberi kebebasan memilih bagi pembeli.
2. Mampu melakukan penelitian dan pengembangan produk.
3. Lebih memperhatikan kepuasan konsumen karena adanya persaingan penjual.
4. Adanya penerapan teknologi baru.
Kekurangan pasar Oligopoli :
1. Menciptakan ketimpangan distribusi pendapatan.
2. Harga yang stabil dan terlalu tinggi bias mendorong timbulnya inflasi.
3. Bisa timbul pemborosan biaya produksi apabila ada kerjasama antar
oligopolies karena semangat bersaing kurang.
4. Bisa timbul eksploitasi terhadap pembeli dan pemilik factor produksi.
5. Sulit ditembus/dimasuki perusahaan/produsen baru.
6. Bisa berkembang kearah monopoli.
Ciri-ciri Pasar Oligopoli :
a.
Terdapat beberapa
penjual
Dalam pasar oligopoli ini tidak terlalu banyak
penjual karena satu penjual merupakan perusahaan yang mempunyai banyak produk
jadi dalam pasar ini yang bersain adalah antara perusahaan yang mempunyai
produk sama namu berbeda kualitas.
b.
Barang yang dijual
homogen atau berbeda corak
Dalam pasar oligopoli ini juga menjual banyak
barang-barang yang sejenis namun berbeda dengan barang-barang yang ada di pasar
lain umumnya. karena barang-barang yang siap dijual merupakan milik beberapa
perusahaan yang merupakan pencipta barang-barang tersebut, karena dalam pasar
ini hanya terdapat beberapa saja yang menjadi penjual karena penjual didalam
pasar ini menghasilkan banyak barang yang sama dengan perusahaan yang lain namu
beda harga juga beda kualiasnya.
c.
Sulit dimasuki
perusahaan baru
Dalam pasar oligopoli ini mengapa dikatakan sulit
dimasuki oleh perusahaan baru, karena image dari perusahaan yang sudah lama
terbangun lebih kuat dengan pembeli di banding perusahaan yang baru muncul
yang menawarkan barang yang sama namun pembeli atau konsumen tidak tau
kualitas dari barang-barang yang dijual perusahaan baru tersebut.
d.
Membutuhkan peran
iklan
Dalam pasar ini peran iklan sangat membantu
peusahaan dagang karena iklan dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat atau
calon pembeli, oleh karena itu iklan terbukti ampuh dalam menarik perhatian
calon pembeli yang ingin memilih barang-barang , dengan mudah perusahaan
membuat iklan tentang produknya dengan keunggulan -keunggulan produknya
dibanding produk perusahaan lain atau perusahaan pesaing.
e.
Terdapat satu
market leader (pemimpin pasar)
Dalam pasar oligopoli ini jelas terjadi suatu
kepemimpinan perusahaan yang bisa saja mengakibatkan banyak perusahaan muncul
dan mengikuti produk yang di luncurkan oleh perusahaan yang memimpin pasar,
contohnya saja produk mie instan . banyak sekali varian yang diluncurkan oleh
perusahaan yang menjadi pemimpin pasar mie instan ,ketika perusaaan ini
mengeluarkan produk terbarunya dan mengiklankannya lalu masyarakat yang melihat
iklan tersebut banyak yang membeli produk ini, otomatis perusahaan yang lain
dan pesaing perusahaan ini akan membuat varian yang sama untuk produknya untuk
mencoba menarik pembeli.
f.
Harga jual tidak
mudah berubah
Dalam
pasar oligopoli ini harga yang keluar tigak cepat naik atau turun, bisa
dikatakan harga selalu stabil dan tidak mudah berubah, mengapa? . mungkin saja
karena penjualan yang stabil terhadap suatu produk yang diluncurkan oleh suatu
perusahaan sudah cukup menghasilkan keuntungan, namun apa bila tiba-tiba harga
naik otomatis pembeli akan berfikir kembali untuk membeli produk ini dan bisa
jadi pembeli beralih pada produk perusahaan lainya yang menjual varian yang
sama namu harga lebih murah dengan kualitas yang hampir sama.
BAB III
PEMBAHASAN
B.
KLASIFIKASI PASAR PERSAINGAN SEMPURNA PADA INDUSTRI MIE
INSTAN DI INDONESIA
1.
Terdapat beberapa penjual
Saat ini
produsen mie instan tercatat sekitar 20 perusahaan baik perusahaan berskala
besar maupun kecil. Industri mie kering yang dikemas bersama bumbunya atau yang
lebih populer dengan sebutan instant noodle, relatif cukup lama berdiri di
Indonesia yaitu dimulai sekitar tahun 1969. Yang dianggap perintis di bidang
industri ini adalah PT Supermie Indonesia yang beroperasi sejak tahun
1969.
a.
Grup Indofood
Pada tahun 1979
berdiri PT Sarimi Asli Jaya, sebagai divisi food dan consumer product dari
pengembangan usaha Grup Salim di pengo¬lahan terigu. Perusahaan yang
memproduksi mie instan merk Sarimi ini, pada awalnya tidak terlalu berhasil
dalam pemasarannya. Mie instan mulai berkembang pesat setelah Grup Salim,
dengan anak perusahaannya PT Sanmaru Food Manufacturers Co. Ltd. melaku¬kan
swap share dengan produsen mie instan merk Indomie yaitu Jangkar Sakti Grup,
sehingga merek tersebut memasyarakat di pasar domestik. Terlebih lagi setelah
Grup Salim mengambil alih PT Supermi Indonesia tahun 1986 lalu, menjadikan mie
instan produksi Grup Salim mendominasi pasar di dalam negeri.
Salah satu anak
perusahaan Grup Salim yang berdiri tahun 1990, yaitu PT Panganjaya Inti Kusuma,
pada awal Februari 1994 berubah nama menjadi PT Indofood Sukses Makmur (ISM).
Perusahaan ini kemudian menjadi cikal bakal Group Indofood yaitu sub-group dari
Salim Group yang menggabungkan 18 perusahaan dari devisi indus¬tri
makanan olahan group Salim maupun anak perusahaan ISM lainnya.
Penggabungan (merger) tersebut melibatkan 6 perusahaan yang memproduksi mie
instan yaitu PT Sanmaru, PT Pangan Jaya Abadi, PT Karyapangan Inti Sejati, PT
Lambang Insan Makmur dan PT Sari¬mie Asli Jaya. Sejumlah mie instan produksi
Indofood yang beredar di pasar dengan merk Indomie, Supermie, Sarimie dan
Popmie.
Pada 1994 ISM
go public dengan menawarkan sebanyak 21 juta lembar saham senilai Rp 21 milyar
kepada masyarakat, sehingga modal yang ditempatkan dan modal yang disetor
perusahaan meningkat dari Rp 742 milyar menjadi Rp 763 milyar. Pemegang saham
ISM saat ini terdiri dari Cab Holding Ltd (46,53%), lai-lain (9,6%) dan publik
(43,78%). Kapasitas produksi terpasang mencapai 15,0 miliar bungkus per tahun
pada 2008, meningkat dari sebelumnya 14,5 miliar bungkus per tahun. Sedangkan
tingkat utilisasi mencapai 80% pada 2008, ISM merupakan produsen mie instant
terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Saat ini pabrik ISM bertambah menjadi
16 unit dari sebelumnya 14 unit pabrik mie instan yang tersebar di Jawa,
Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Industri mie instan milik ISM didukung oleh
pabrik bumbu yang semuanya berlokasi di Pulau Jawa, yaitu PT. Indosentra
Pelangi.
Selain itu, ISM
juga memiliki dua pabrik pengolahan gandum di Jakarta dan Surabaya melalui PT.
ISM Bogasari dan 1 pabrik kemasan karung tepung di Citereup. Pada 2007 ini, ISM
akan menambah lagi dua unit mesin produksi untuk mencapai target penjualan
mencapai 17 juta bungkus per minggu. Saat ini kapasitas produksi Indofood
dengan delapan unit mesin produksi terpasang yakni 3.500 dos (isi 40
bungkus/dos) per mesin per shif. Sementara dalam sehari dibagi atas tiga shif.
Sehingga, rata-rata menghasilkan sekitar 3.360.000 bungkus per hari. ISM
merupakan produsen mie instan terbesar di Indonesia. Selama ini sekitar 2%
produknya diekspor ke lebih dari 50 negara di seluruh dunia.
b.
PT Nissin Mas
PT. Nissin Mas merupakan
perusahaan PMA (Penanaman Modal Asing) didirikan oleh Roda Mas dan Nissin Food
Product Co. Ltd, Jepang pada 1992 dengan kapasitas 16.000 ton per tahun dan
menelan investasi US$ 10 juta. Nissin sebagai mitra dari Jepang, merupakan
salah satu produsen mie instan terbesar di negara itu. PT. Nissin Mas
melakukan terobosan baru dengan memproduksi mie instan dalam kemasan mangkok
(bowl noodles) merek "Noo¬dles". Selain itu Noodles juga disajikan
secara one touch cook¬ing, artinya konsumen tidak perlu membuka kantung bumbu,
karena semuanya sudah dicampur menjadi satu. Untuk pasar cup noodle, Nissin Mas
bersaing dengan produk ISM yaitu Pop Mie.
Pada Juli 1996
ISM membentuk aliansi strategis dengan Nissin Food Product Co. Ltd, produsen
mie instant terbesar di Jepang, serta Nissho Iwai Corporation, perusahaan
dagang terkemuka di negara tersebut. Ketiga perusahaan itu akan
memperkuat modal PT Nissin Mas, dimana Indofood akan menyertakan sahamnya
sebanyak 49% di PT Nissin Mas. Sehingga 51% sisa saham, masing-masing akan
dimiliki oleh PT Nissin (49%) dan Nissho Iwai (2%).
c.
PT ABC
PT ABC
President, sebuah PMA sebelumnya dikenal memproduksi berbagai produk makanan
dan minuman (saus, kecap dan sebagainya). Perusahaan ini merupa¬kan patungan
dari PT Aneka Bina Cipta (62%), dengan mitra asing Nan Gai Investment Co. Ltd,
Hongkong (35%) dan Yeuan Yeou Enterprises Co. Ltd, Taiwan (3%). Pada 1993
ABC President memproduksi mie instan dengan kapasitas produksi 48.000 ton per
tahun. Untuk pasar menengah dipasarkan dengan merek ABC dan Presi¬den,
sedangkan untuk segmen pasar kelas bawah dipasarkan dengan merk Top Rame.
d.
PT Jakarana Tama
PT Jakarana
Tamayang berlokasi di Bogor memproduksi mie instan merk Michiyo. Produk ini
berhasil mengisi ceruk pasar di segmen kelas atas yang tidak diisi oleh
Indomie. Namun ceruk pasar kelas atas ini kemudian diserbu oleh berbagai merek
produk Indofood. Pemasarannya didukung oleh perusahaan distributor PT
Wicaksana Overseas Internasional. Perusahaan cukup berhasil memasarkan Gaga
100. PT.Dellifood Sentosa Corporation memasarkan Miduo yang mensiasati ceruk
pasar potensial, karena masih banyak konsumen yang tidak merasa cukup kenyang
dengan mengkon¬sumsi mie instan kebanyakan yang volumenya berkisar 75
gram.
e.
PT Nestle
PT Nestle yang
dikenal sebagai produsen susu bubuk juga memasuki bisnis mie instant bekerja
sama dengan PT Supmi Sakti. Produknya memakai merk Maggi Mi.
f.
PT Barokah Inkopontren
PT Barokah
Inkopontren yang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat memasarkan Mie Instant merek
Barokah sejak 1999, dengan investasi Rp 24,9 milyar untuk kapasitas 7.200 ton
per tahun.
g.
Grup Wings
Meningkatnya
permintaan mie instan, sebagai konsumsi alternatif makanan pokok, telah
mendorong investor baru di antaranya Group Wings. Group Wings yang berpusat di
Surabaya, Jawa Timur awalnya lebih dikenal sebagai produsen sabun cuci dengan
merk Wings Biru.
Pada awal 2003 melalui sub
grup-nya Wingsfood langsung sukses menggebrak pasar mie instan melaui produknya
Mie Sedaap. Wingsfood memiliki dua anak perusahaan yaitu PT. Karunia Alam Segar
(KAS) dan PT. Prakarsa Alam Segar (PAS) dengan total kapasitas produksi sekitar
202 ribu ton per tahun. KAS yang berlokasi di Gresik (Jawa Timur) sebagai basis
produksi untuk pemasaran wilayah Indonesia bagian Timur, sedangkan PAS yang
berlokasi di Bekasi (Jawa Barat) untuk pemasaran wilayah barat. Strategi
Wingsfood ini berhasil merebut sebagian pasar mie instan yang selama ini
dikusai oleh Indofood. Semua distribusi produk Mie Sedaap milik Wingsfood
ditangani oleh PT. Sayap Mas Utama.
h.
PT Olagafood
PT Olagafood
Industri Makanan dan Minuman didirikan pada 1997 di Medan, Sumatera Utara.
Awalnya, perusahaan ini bergerak dalam produksi air kelapa muda kalengan untuk
pasar ekspor terutama untuk pasar Taiwan. Pada 1998, perusahaan ini memulai
produksi mie instan, yang dipasarkan dengan merk Alhami dengan 12 macam varian
rasa. Produk Alhami dipasarkan dengan 2 macam pilihan produk, yaitu Alhami
reguler dan Alhami 100.
Pada 2001,
Olagafood melakukan ekspansi dengan memproduksi varian baru dan dipasarkan
dengan merk Santremie. Selanjutnya Olagafood juga memproduksi mie instan khusus
bagi vegetarian yang dipasarkan menggunakan merk Maitri. Sedangkan mie makanan
ringan dipasarkan dengan merk Hola Hole dan Mikka. Serta produk mie instan
varian terbaru dengan merk Alimi mulai diproduksi pada 2006. Olagafood
melakukan diversifikasi produk dengan mulai produksi kecap kedelai, dengan
tujuan untuk digunakan sendiri dalam produksi mie instant. Olagafood memasarkan
kecap kedelainya dengan merek Gurumasak. Olagafood telah meningkatkan
kapasitas produksinya pada 2009 menjadi 57.600 ton per tahun dari sebelumnya
hanya 36.000 ton per tahun. Peningkatan kapasitas tersebut untuk memenuhi
kebutuhan pasar terutama di Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam.
i.
PT Tiga Pilar Sejahtera Food
Tbk
PT. Tiga Pilar Sejahtera (TPS) didirikan pada 1992 oleh keluarga
almarhum Tan Pia Sioe. Perusahaan ini bergerak dalam industri pengolahan mie.
Awalnya pada 1959, almarhum Tan Pia Sioe mendirikan bisnis keluarga yang
memproduksi bihun jagung dengan nama Perusahaan Bihun Cap Cangak Ular di
Sukoharjo, Jawa Tengah. Pada 2002, TPS
mengakuisisi PT. Asia Inti Selera yang memproduksi mie instant yang sudh
beroperasi sejak 1985. Produsen pengolahan mie ini memiliki pabrik yang
terintegrasi yang tersebar di Sragen Jawa Tengah, Jakarta dan Lampung. TPS
memproduksi berbagai macam produk yaitu Mie Telor, Mie Instant, Mie Snack,
Bihun Beras, Bihun Instant, Bihun Jagung, Biscuit, Candy, Bumbu, dll.
2.
Barang yang
dijual homogen atau berbeda corak namaun terdiferensiasi
|
NAMA PERUSAHAAN
|
NAMA PRODUK
|
|
GRUP INDOFOOD
|
INDOMIE
|
|
PT NISSIN MAS
|
POP MIE
|
|
PT ABC
|
TOP RAMEN/MIE ABC
|
|
PT JAKARANA TAMA
|
MICHIYO DAN MIDOU
|
|
PT NESTLE
|
MAGGI MI
|
|
PT BAROKAH INKOPONTREN
|
BAROKAH
|
|
GRUP WINGS
|
MIE SEDAP/SUKSES’S
|
|
PT OLAGAFOOD
|
ALHAMI/SANTREMIE/MAITRI
|
|
PT TIGA PILAR SEJAHTERA
|
BIHUN CAP CANGAK ULAR/ HAHAMI/
SUPERIOR/MIKITA
|
Semua
perusahaan di atas adalah perusahaan yang memproduksi mie instan dengan merk
yang berbeda-beda(misalnya saja indomie dan sarimie yang diproduksi oleh grup
indofood), rasa yang berbeda-beda yaitu indomie dengan rasa sambal matah , rasa
empal gentong, soto dan mie sedap ras sambal goreng , rasa kari ayam dan
kemasan yang berbeda-beda.
3.
Sulit
dimasuki perusahaan baru
Adanya hambatan
produsen mie instan baru yang ingin memasuki pasar karena adanya satu
perusahaan pemimpin besar seperti dalam pasar mie instan leader market adalah
Indofood yang menguasai pangsa pasar tapi produsen baru masih dapat memasuki
pasar mie instan apabila dapat bersaing dengan produk mie instan dari
PT.Indofoot Sukses Makmur Tbk. Seperti hal nya yang dilakukan oleh PT Mayora
Indah Tbk yang bisa dikatakan baru memasuki industri mie instan yaitu dengan
memproduksi mie instan yang bernama bakmi mewah rasa . Mie yang dibuat oleh PT
Mayora Indah Tbk membuat terobosan baru tidak hanya memberikan bayangan rasa
dari setiap varian tetapi dengan membuat rasa tersebut nyata yaitu dengan
menampilkan ayam yang dan jamur yang dipotong tidak dikeringkan dan bukan hanya
bumbu rasa ayam tetapi ayam nyata. Bahkan produsen mie instan dari negara lain
masuk ke negara Indonesia baru-baru ini Indonesia dibanjiri mie asal Korea
Selatan yaitu mie samyang yang diproduksi oleh Samyang.corp. Akibat rasanya
yang pedas dan tidak ada mie yang memproduksi di dalam negeri maka PT KORONUS
mendatangkan mie tersebut ke dalam negeri dengan mengimpornya karena banyaknya
permintaan konsumen dalam negeri (Indonesia). Tetapi tidak lama mie samyang
sudah kurang laku karena ada pemberitaan di televisi beberapa mie samyang
mengandung babi sedangkan negara Indonesia mayoritas adalah agama islam maka
penjualannya menurun.
4.
Membutuhkan peran iklan
Iklan adalah setiap bentu
komunikasi nonpersonal mengenai suatu organisasi, produk, servis atau ide
yang di bayar oleh satu ponsor yang diketahui.
Untuk iklan banyak sekali yang sudah dijalankan dan malah dengan iklan itulah yang membuat semua orang tahu ternyata ada produk baru, ternyata, muraah, ternyata indomie dan lain sebagainya.
Iklan ini biasanya di pasang di meddia cetak, media elektronik, billboard, iklan di TV, sebagai sponsor acara, dan iklan lebih terbaru sekarang yaitu gencarnya pemasangan iklan di media internet. Dengan menggunakan iklan ini semua khalayak akan tahu dan dengan cepat menyebar kemana-mana apalagi dengan televisi dan media internet yang begitu gencar saat ini. Strategi pemasaran melalui iklan ini akan selalu tetap di adopsi dan di pertahankan industri mie instan untuk bersaing dengan lawannya. Seperti oleh PT. Indofood karena merupakan satu-satunya strategi yang paling laris dan mnyeluruh.maka membuat iklan dengan lagu indomie seleraku dan gambar orang-orang sedang makan mie instan. Berbeda dengan mie sedap , yaitu dengan membuat iklan dengan menggunkan artis untuk menarik pembeli.
Untuk iklan banyak sekali yang sudah dijalankan dan malah dengan iklan itulah yang membuat semua orang tahu ternyata ada produk baru, ternyata, muraah, ternyata indomie dan lain sebagainya.
Iklan ini biasanya di pasang di meddia cetak, media elektronik, billboard, iklan di TV, sebagai sponsor acara, dan iklan lebih terbaru sekarang yaitu gencarnya pemasangan iklan di media internet. Dengan menggunakan iklan ini semua khalayak akan tahu dan dengan cepat menyebar kemana-mana apalagi dengan televisi dan media internet yang begitu gencar saat ini. Strategi pemasaran melalui iklan ini akan selalu tetap di adopsi dan di pertahankan industri mie instan untuk bersaing dengan lawannya. Seperti oleh PT. Indofood karena merupakan satu-satunya strategi yang paling laris dan mnyeluruh.maka membuat iklan dengan lagu indomie seleraku dan gambar orang-orang sedang makan mie instan. Berbeda dengan mie sedap , yaitu dengan membuat iklan dengan menggunkan artis untuk menarik pembeli.
5.
Terdapat satu market leader
(pemimpin pasar)
Hampir selama 4 dekade Indomie menjadi penguasa
mutlak pasar mie instant Indonesia. Pada tahun 2002 Indomie menguasai 90%
pangsa pasar sebagai dominantmarket leader, Indofood
sempat terlena me-maintain pasarnya sehingga kesempatan ini
dimanfaatkan oleh pendatang baru Mie Sedaap dari WingsFood dan Mie Kare dari
Orang Tua Group. Persaingan
cepat ini mengakibatkan Indomie kehilangan sebagian pangsa pasarnya. Market share yang
mencapai 90% menjadi 70%.. Penjualan Indofood tetap naik, namun ada sebagian
pasar – bisa jadi konsumen baru – yang direbut oleh merek baru. Sehingga di
pasar yang sebenarnya tumbuh, pertumbuhan pasar Indofood – karena besarnya –
tidak mampu mengimbangi pertumbuhan pasar secara total. Menyadari hal ini,
Indofood ”bangkit” dari tidurnya. Raksasa mie instant ini mengerahkan
seluruh brand-nya untuk bertahan dan mengembalikan market shareyang
direbut kompetitor.
Indofood sebetulnya pernah bereaksi atas serangan
Mie Sedaap dengan meluncurkan Indomie Kriuk, varian baru Supermi Sedaaap,
dan gimmick ”Beli 5 Gratis 1” dalam rentang waktu yang cukup
panjang. Reaksi Indofood yang cenderung impulsif ini dinilai para pengamat
kurang strategis, terlalu pragmatis, ”terjebak permainanchallenger”–kesalahan
yang sering dilakukan oleh big brands. Tidak mau
tersandung di batu yang sama untuk kedua kalinya, tahun ini Indofood
meluncurkan strategi marketing yang lebih komprehensif yang lebih menunjukkan
jati diri Indofood sebagaimarket leader. Hampir semua brand dalam portfolio-nya
disegarkan kembali dengan kampanye baru maupun peluncuran produk baru. Indomie
disegarkan dengan kampanye ”Selera Nusantara” yang lebih modern. Sarimi lebih
difokuskan untuk membendung produk unggulan Mie Sedaap Soto Ayam—dengan
meluncurkan produk Sarimi Soto Koya yang di-endorse oleh Luna Maya.
Sementara Supermi disegarkan dengan meluncurkan
produk baru: mie goreng rasa soto (GoSo), rasa bawang (GoBang), dan rasa kari
(GoKar). Indofood juga menggunakan Slank untuk meng-endorse Supermi—Supermi
tampaknya akan dijadikan brand unggulan kedua Indofood setelah Indomie yang
menyumbang hampir separuh omset divisi noodle Indofood. Akan halnya Pop Mie,
meskipun saat ini bisa dibilang melenggang sendiri tanpa head on competitor,
Indofood sudah mengantisipasinya dengan upaya building brand melalui kampanye
dan promosi di kalangan remaja.Indomie
juga turut mengusung tema “bergizi” seperti halnya yang dilakukan oleh
competitor utamanya yaitu mie sedaap. Kelemahannya adalah kurangnya
maintain dalam program tersebut. Kemiripan target market produk Indofood
group yakni Supermi, Pop Mie menyebabkan terjadinya kanibalisme atau ”perang
saudara” antara sesama brand Indofood.
Pasa tahun 2002 Indofood masih menguasai pasar mie
sebesar 90%. Begitu Mie Sedap masuk pada Mei 2003, dengan rasa baru, harga
kompetitif, dan promo yang gebyar, pangsa pasar Indofood mulai goyah. Pada 2006
pangsa pasar Indofood turun, diperkirakan menjadi sekitar 75%–25% sisanya
diperebutkan oleh pesaingnya. Namun dengan strategi yang tepat per data tahun
2012 Indomie kembali menguat dengan posisi market share 77,9 %. Mie Sedaap
terus gencar melakukan promosi yang tidak hanya di above the line tetapi
juga intense dalam tataran trade marketing. Strategi Mie Sedaap
antara lain dengan mengakuisisi warung-warung/ retailer Indomie.
6.
Harga jual tidak berubah
Dalam pasar
oligopoli ini harga yang keluar tigak cepat naik atau turun, bisa dikatakan
harga selalu stabil dan tidak mudah berubah.
Tiap tahun nya harga mie instan meningkat 10%. Karena
penjualan yang stabil terhadap suatu produk yang diluncurkan oleh suatu
perusahaan sudah cukup menghasilkan keuntungan, namun apa bila tiba-tiba harga
naik otomatis pembeli akan berfikir kembali untuk membeli produk ini dan bisa
jadi pembeli beralih pada produk perusahaan lainya yang menjual varian yang
sama namu harga lebih murah dengan kualitas yang hampir sama.
B.
PANGSA PASAR MIE INSTAN DI INDONESIA
Sejak
2003 dominasi Indofood
di pasar mi instan mulai mengalami penurunan dengan hadirnya Mie Sedap milik PT
Sayap Mas Utama, anak usaha Wings Group. Penurunan pangsa Indofood di mi instan
terlihat pada 2002 pangsa pasanya 90%, kemudian menurun menjadi 75% pada 2003,
dan pada 2007 sekitar 73,7% dengan menggabungkan pangsa Indomie,pop mie Supermie,Sarimi. Pada
2005, PT Indofood Sukses Makmur sempat menguasai sekitar 78% pangsa pasar mie
instan di Indonesia. Dominasi pangsa pasar tersebut berkurang dari sebelumnya
hampir 90% seiring dengan desakan KPPU agar persaingan harga yang lebih sehat.
Apalagi, beberapa pendatang baru dalam bisnis mie cepat saji ini pun mulai
bermunculan.
Dalam kurun waktu beberapa tahun ke depan, dominasi produk-produk Indofood Grup (Indomie, Supermi, Sarimi, Sakura, Pop Mie) di pasar mie instan diprediksi masih akan sulit dipatahkan. Sebab, perusahaan pelopor mie instan dan terbesar di dunia itu sudah memiliki brand equity dan cocok di konsumsi di Indonesia. Meski begitu, persaingan bisnis mie instan masih akan berkembang karena produsen lain juga melihat peluang besar di sektor usaha ini. Industri mie instan yang memiliki nilai pasar cukup besar pada 2008 lalu diperkirakan mampu menembus Rp15 triliun menarik minat beberapa pemain Industri mie instan yang memiliki nilai pasar cukup besar pada 2008 lalu diperkirakan mampu menembus Rp 15 triliun menarik minat beberapa pemain di luar Grup Indofood dan Grup Wings. Angka ini jelas membuat banyak perusahaan tertarik untuk ikut bersaing di pasar mie instan.
Dalam kurun waktu beberapa tahun ke depan, dominasi produk-produk Indofood Grup (Indomie, Supermi, Sarimi, Sakura, Pop Mie) di pasar mie instan diprediksi masih akan sulit dipatahkan. Sebab, perusahaan pelopor mie instan dan terbesar di dunia itu sudah memiliki brand equity dan cocok di konsumsi di Indonesia. Meski begitu, persaingan bisnis mie instan masih akan berkembang karena produsen lain juga melihat peluang besar di sektor usaha ini. Industri mie instan yang memiliki nilai pasar cukup besar pada 2008 lalu diperkirakan mampu menembus Rp15 triliun menarik minat beberapa pemain Industri mie instan yang memiliki nilai pasar cukup besar pada 2008 lalu diperkirakan mampu menembus Rp 15 triliun menarik minat beberapa pemain di luar Grup Indofood dan Grup Wings. Angka ini jelas membuat banyak perusahaan tertarik untuk ikut bersaing di pasar mie instan.
Diketahui, sejak lima tahun terakhir pasar mie instan hanya menjadi arena pertarungan antara Indomie (Grup Indofood) dengan Mie Sedaap (Grup Wings). Keduanya menguasai sekitar 93% dari seluruh pasar mi instan di Indonesia. Sementara sisanya dikuasai sejumlah pemain kecil dalam industri tersebut. Para kompetitor yang berjumlah lebih dari 84 perusahaan siap menggerus ceruk pasar Indomie. Mie Sedaap belakangan sangat agresif melakukan penetrasi pasar guna merebut porsi Indomie. Alhasil, meski baru muncul pada Mei 2003 Mie Sedaap yang diproduksi PT Sayap Mas Utama (grup Wingsfood) kini berhasil meraih 23,0% pangsa pasar dan membayangi Indomie di posisi kedua.
Indofood Sukses
Makmur menguasai pangsa pasar sekitar 70,7 persen mi instan. Meskipun Mie Sedap
(produksi Wingsfood) mulai mencuri perhatian penikmat mi instan lokal, namun
pangsa pasarnya masih jauh di bawah Indomie keluaran Indofood. Mi instan telah
menjadi makanan pengganti nasi bagi sebagian masyarakat Indonesia. Menurut
Asosiasi Mi Instan Dunia (WINA), konsumsi mi instan Indonesia mencapai 14,5
miliar bungkus pada 2015. Terbesar kedua di dunia setelah masyarakat Cina yang
mencapai 42,5 miliar bungkus. Konsumsi mi instan domestik, menurut Asosiasi
Biskuit, Roti dan Mi Instan pada 2015 mencapai 13,2 miliar bungkus.
Diperkirakan konsumsi mi instan meningkat menjadi 14,8 miliar bungkus pada 2016.
C.
JUMLAH KONSUMSI MIE ISNTAN DI INDONESIA
Berdasarkan
data yang dihimpun World Instant Noodles Association (WINA), total
konsumsi mi instan di Indonesia diperkirakan mencapai 14,8 miliar bungkus pada
2016. Angka ini meningkat dari konsumsi tahun sebelumnya, yakni 13,2 miliar
bungkus. Selain itu, pada 2017 diproyeksikan akan kembali mengalami peningkatan
hingga 16 miliar bungkus.
Menurut
Asosiasi Produsen Roti, Biskuit dan Mie Instan; mi instan sudah tidak berperan
sebagai snack (makanan ringan), namun sudah dijadikan lauk pendamping atau
makanan pengganti nasi bagi sebagian masyarakat Indonesia. Kemudahan dalam
memasak, harga yang murah dan rasa yang sesuai selera masyarakat juga menjadi
faktor utama tingginya konsumsi terhadap mi instan. Makin beragamnya rasa yang
disediakan produsen menjadikan keinginan konsumsi masyarakat akan mi instan
semakin besar.
D.
JUMLAH KONSUMSI MIE INSTAN INDONESIA DAN NEGARA LAIN
Ada fakta menarik bila kita mengamati perkembangan pola konsumsi
pangan penduduk Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, khususnya dalam soal
pemenuhan asupan karbohidrat (carbohydrate intake). Hasil Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) memperlihatkan, konsumsi beras per kapita
masyarakat Indonesia terus berkurang secara konsisten. Hal ini tentu merupakan
perkembangan yang menggembirakan. Pasalnya, penurunan konsumsi beras per kapita
sebesar 1,5 persen per tahun merupakan salah satu target pemerintah di bidang
pangan. Sayangnya, hal tersebut tidak dibarengi dengan peningkatan konsumsi
komoditas pangan lokal yang merupakan sumber karbohidrat selain beras. Tapi,
yang meningkat justru konsumsi produk olahan tepung terigu, terutama mie
instan. Hasil Susenas menunjukkan, selama periode 1996-2011, laju peningkatan
pangsa pengeluaran rumah tangga Indonesia yang dialokasikan untuk membeli mie
instan mencapai 5,95 persen per tahun. Hal ini memberi konfirmasi bahwa peran
mie instan kian besar dalam pola konsumsi masyarakat Indonesia. Tidak heran,
bila belakangan ini mie instan merupakan salah satu komoditas yang diikutkan
dalam perhitungan garis kemiskinan. Kontribusinya pun cukup besar. Pada
September 2014, misalnya, mie instan merupakan salah satu dari lima komoditas
makanan yang memberi andil paling besar terhadap garis kemiskinan.
Kontribusi mie instan di pedesaan mencapai 2,41 persen, sementara di
perkotaan mencapai 2,62 persen (BPS, 2015).
Data World Instant Noodles Association (WINA) juga
memberi konfirmasi bahwa konsumsi mie instan masyarakat Indonesia terus
meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, konsumsi mie instan masyarakat
Indonesia sudah mencapai 14,9 miliar bungkus, atau mengalami peningkatan
sebesar 1 miliar bungkus bila dibandingkan dengan konsumsi pada tahun 2009. Itu
artinya, secara rata-rata setiap orang Indonesia mengkonsumsi sekitar 60-61
bungkus atau 1,5 dus mie instan pada tahun 2013. Tingginya angka konsumsi mie
instan ini menempatkan Indonesia di posisi kedua sebagai negara pengkonsumsi
mie instan terbesar di dunia setelah Cina, yang konsumsinya mencapai 46,2
miliar bungkus.
Celakanya, bahan baku pembuatan mie instan adalah tepung terigu yang
merupakan produk olahan gandum. Karena gandumnya harus diimpor, tak bisa
dihindari, peningkatan konsumsi mie instan juga dibarengi dengan lonjakan impor
gandum. Tidak membikin heran bila kini Indonesia merupakan negara importir
gandum terbesar ke-4 di dunia setelah Mesir, Cina, dan Brazil dengan volume
impor mencapai 7,4 ton atau senilai US$3 miliar pada kurun 2013-2014 (Koran
Jakarta, 12 April 2014). Itu artinya, volume impor dan banyaknya devisa
yang dihabiskan untuk impor gandum sebetulnya lebih besar dari impor
beras. Indonesia bahkan diramalkan bakal menjadi importir gandum terbesar di
dunia dalam lima tahun mendatang. Karena itu, tren peningkatan impor gandum harus
disikapi secara serius oleh pemerintah. Sedikitnya ada dua hal yang dapat
dilakukan oleh pemerintah untuk mengerem laju peningkatan impor gandum.
Pertama, pengembangan komoditas pengganti gandum sebagai penghasil
tepung terigu harus didorong oleh pemerintah. Salah satu komoditas yang
potensial untuk dikembangkan sebagai pengganti gandum adalah sagu. Sayangnya,
komoditas ini belum sepenuhnya dilirik oleh industri, meski kandungan seratnya
lebih kaya dibanding gandum. Kedua, pemerintah juga harus mendorong budidaya
tanaman gandum di dalam negeri. Meskipun sejatinya merupakan tanaman
sub-tropis, ada beberapa varietas gandum yang cocok dibudidayakan di iklim
tropis, sehingga sangat potensial untuk dikembangkan di tanah air. Upaya
membudidayakan gandum di Indonesia sebetulnya sudah dirintis oleh sejumlah
kalangan dan terbilang sukses. Yang dibutuhkan adalah dukungan dan upaya
afirmatif dari pemerintah untuk mendorong budidaya gandum di dalam negeri
dengan skala yang lebih luas.
Mie instan
menjadi sangat populer karena sudah dijadikan sebagai makanan utama pendamping
atau bahkan pengganti nasi. Indonesia sendiri adalah negara dengan tingkat
konsumsi mie instan tertinggi kedua di dunia setelah Tiongkok.
E.
JUMLAH PENJUALAN MENURUT MERK MIE INSTAN
Besarnya
tingkat konsumsi masyarakat terhadap Mie Instant disebabkan adanya anggapan
bahwa makanan ini sebagai makanan pokok pengganti nasi. Penyebab lain
peningkatan konsumsi Mie Instant adalah cita rasanya bisa diterima dibandingkan
jenis makanan sereal dan cracker. Berdasarkan peningkatan konsumsinya, pasar
Mie Instant pun mengalami peningkatan. Perputaran bisnis Mie Instant sampai
tahun 2007 diperkirakan mencapai Rp 11 triliun (Majalah Swa). Perkembangan
industri Mie Instant ditandai dengan munculnya berbagai merek baru setelah
Indomie (Indofood), yaitu : Mie Sedaap (Grup Wings); Kare, Selera Rakyat (Grup
Orang Tua); ABC (PT ABC President); Gaga Mie 100 (PT Jakarana Tama Food
Industry); Alhamie (PT Olaga Sukses Mandiri); Salam Mie (PT Sentrafood) dan
sebagainya.
|
Perushaan
|
Merk
|
2003
|
2004
|
2005
|
2006
|
|
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
|
Indomie , sarimie, supermie,popmie
|
59.418
|
113.430
|
119.658
|
179.529
|
|
PT.Sayap Mas Utama (Wings)
|
Mie sedaap
|
56.231
|
99.432
|
140.169
|
212.459
|
|
Orang Tua Grup
|
Mie kare, mie selera rakyat
|
13.508
|
15.808
|
19.597
|
40.249
|
|
PT.ABC President Indonesia
|
MIE ABC
|
11.507
|
12.563
|
10.131
|
16.020
|
|
PT.Dellifood Sentosa Corpido
|
Miduo,Mie Gelas
|
10.471
|
10.391
|
7.990
|
14.246
|
|
PT.Jakarana Tama
|
Gaga 100
|
7.261
|
2.757
|
53
|
38
|
Produk yang
dihasilkan termasuk mie instan (Indomie, Sarimi, Supermi, Cup Noodles, Pop Mie,
Intermie, Sakura). BPS mencatatkan bahwa 98% pangsa pasar mi di Indonesia
adalah pasar mie instant (lihat Tabel 1.3). Indofood merupakan produsen mie
instan terbesar dengan kapasitas produksi 13 milyar bungkus per tahun. Selain
itu Indofood juga mempunyai jaringan distribusi terbesar di Indonesia. Meningkatnya
konsumsi masyarakat terhadap Mie Instant yang menyebabkan bertambahnya jumlah
produsen Mie Instant di Indonesia, akan menimbulkan persaingan yang semakin
ketat. Tingkat penetrasi Indofood di industri mi instant ini sangat lemah.
Pangsa pasarnya semakin tergerus oleh kompetitornya. Tabel 1.4 menunjukan
merek-merek mi instan seperti Indomie, Sarimie, Supermie, dan Pop Mie, semakin
kalah dengan kompetitornya (Mie Sedap ataupun Mie Kare). Pangsa pasar 40% di
tahun 2003 bahkan jatuh drastis menjadi 20% di tahun 2007.
Hal ini menjadi
masalah serius untuk Indofood. Persaingan dalam industri mie instan yang ketat
justru semakin mendorong pasar untuk terus tumbuh karena produsen menjadi lebih
kreatif dalam melakukan inovasi terhadap produknya untuk mempertahankan bahkan memperluas
pangsa pasarnya. Suatu perusahan dapat menambah produk baru melalui
pengembangan produk dengan proses merubah atau menambahkan sesuatu bentuk ke
dalam produk yang dapat di pasarkan. Indofood mengakuisisi Supermi untuk
memperkuat dominasinya di pasar mie instan untuk melengkapi Sarimie, Popmiedan
Indomie. Selain itu, perusahaan dapat juga menguatkan citra merek untuk
mengkekalkan kelangsungan perusahaan.
F.
KUALITAS PRODUKSI
Secara umum kapasitas produksi mie
instan dalam periode lima tahun terkahir mengalami pertumbuhan rata-rata 18,6%
per tahun. Kapasitas produksi mengalami peningkatan cukup tinggi yaitu mencapai
72,6% menjadi 1.691.588 ton pada 2005 dari sebelumnya hanya 979.628 ton.
Hal ini dipicu oleh tingginya tingkat permintaan mie instan dibandingkan tahun
sebelumnya yang relatif masih rendah. Kenaikan kapasitas yang cukup pesat
tersebut didukung oleh adanya perluasan kapasitas dari beberapa pemain yang
sudah memiliki pasar cukup baik seperti merek ABC, Mie Gaga, Salam Mi, Alhami
dan terutama produk dari Grup Indofood (Indomie, Supermie dan Sarimi). Pada
2006 tidak terjadi penambahan, sebab kapasitas produksi yang ada masih
mencukupi kebutuhan.
Pada 2007 kapasitas produksi hanya
mengalami peningkatan sekitar 1,0% yaitu menjadi sekitar 1.708.504 ton per
tahun. Terutama karena adanya perluasan dari produsen besar yaitu PT. Indofood
Sukses Makmur. Sekitar Rp 400 miliar dari total belanja modal tahun 2007
digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi mie instant
sebanyak 1 miliar bungkus. Sampai akhir 2006 perseroan memiliki kapasitas
produksi terpasang sebanyak 13,5 miliar dan akan ditingkatkan menjadi 14,5
miliar bungkus tahun 2007. Seiring dengan krisis global yang terjadi
pertengahan 2008, beberapa produsen menghentikan produksinya terutama produksi
untuk segmen bawah. Namun kondisi ini tidak mempengaruhi industri mie instan
nasional. Sebab beberapa produsen besar mampu menambah kapasitas produksinya.
Kapasitas produksi mie instan nasional meningkat relatif kecil hanya 0,9%
menjadi sekitar 1.725.589 ton per tahun.
Pada 2009 ini seiring dengan mulai
membaiknya kondisi ekonomi, kapasitas produksi mie instan diperkirakan
akan meningkat menjadi 1.880.892 ton per tahun, atau akan meningkat sekitar
8,9%. Hal ini didukung oleh Grup Indofood sebagai produsen mie instan terbesar
yang merencanakan akan melakukan penawaran obligasi untuk membiayai ekspansi
usahanya termasuk meningkatkan kapasitas produksi.
Produksi meningkat 7,7%
Pada periode lima tahun terakhir, produksi mie instan mengalami
peningka¬tan yang cukup pesat. Hal ini didorong oleh permintaan yang
terus meningkat. Bagi sebagian besar konsumen produk mie sering menjadi andalan
pengganti makanan pokok yang sangat praktis. Di saat harga-harga makanan
lainnya melonjak, maka konsumen beralih ke mie instan yang relatif lebih
murah. Sampai dengan 2007 produksi mie instan masih mengalami
peningkatan yang cukup pesat dari tahun ke tahun. Pada 2004 produksi mie
instan tercatat 974 ribu ton atau sekitar 12,9 milyar bungkus. Kemudian terus
meningkat masing-masing menjadi 1,0 juta ton (13,5 miliar bungkus) pada 2005
dan 1,3 juta ton (18 miliar bungkus) pada 2006. Produksi mie secara
nasional pada 2007 tumbuh sekitar 6,7% dibanding tahun sebelumnya, yaitu
mencapai 1,4 juta ton atau dengan jumlah penjualan mencapai 19,2 miliar
bungkus. Pada 2008 industri mie instan terus meningkat sebesar 7,7% atau
menjadi 1,5 juta ton. Penurunan terutama pada segmen bawah karena
peningkatan harga jual mie instan seiring dengan kenaikan harga bahan baku
utama yaitu tepung terigu. Kenaikan harga menyebabkan permintaan pada segmen
bawah merosot, hal ini mengakibatkan sebagian produsen mie instan segmen bawah
menghentikan produksi.
Pada 2009 seiring dengan mulai membaiknya daya beli masyarakat,
produksi diperkirakan akan meningkat kembali. Produksi diperkirakan akan mampu
meraih pertumbuhan sekitar 20% menjadi 1.880.892 ton.
PT. Indofood
sebagai produsen mie instan terbesar, pada tahun ini akan menawarkan obligasi
senilai Rp 1 triliun. Sebagian dari dana tersebut akan digunakan untuk
meningkatkan produksinya.
BAB IV
PENUTUPAN
A.
KESIMPULAN
Klasifikasi pasar persaingan
sempurna pada industri mie instan di Indonesia
1.
Terdapat beberapa penjual
Produsen mie instan di Indonesia : Grup Indofood (indomie), PT Nissin Mas
(pop mie) , PT ABC (top ramen/mie ABC), PT Jakarama Tama(michiyo dan miduo) ,PT
Nestle (maggi mi), Pt Barokah Inkopontren (barokoh), Grup Wings (mie sedap/mie
sukses’s),PT Olagafood (alhami/santremie/maitri), PT Tiga Pilar Sejahter (bihun
cap cangak ular/hahami/mikita).
2.
Barang yang dijual homogen atau
berbeda corak namun terdiferensiasi
Grup Indofood
(indomie), PT Nissin Mas (pop mie) , PT ABC (top ramen/mie ABC), PT Jakarama
Tama(michiyo dan miduo) ,PT Nestle (maggi mi), Pt Barokah Inkopontren
(barokoh), Grup Wings (mie sedap/mie sukses’s),PT Olagafood
(alhami/santremie/maitri), PT Tiga Pilar Sejahter (bihun cap cangak
ular/hahami/mikita). Perusahaan tersebut adalah perusahaan yang memproduksi mie
instan dengan merk yang berbeda-beda(misalnya saja indomie dan sarimie yang
diproduksi oleh grup indofood), rasa yang berbeda-beda yaitu indomie dengan
rasa sambal matah , rasa empal gentong, soto dan mie sedap ras sambal goreng ,
rasa kari ayam dan kemasan yang berbeda-beda.
3.
Sulit dimasuki perusahaan baru
Adanya hambatan
produsen mie instan baru yang ingin memasuki pasar karena adanya satu
perusahaan pemimpin besar seperti dalam pasar mie instan leader market adalah
Indofood yang menguasai pangsa pasar tapi produsen baru masih dapat memasuki
pasar mie instan apabila dapat bersaing dengan produk mie instan dari
PT.Indofoot Sukses Makmur Tbk. Seperti hal nya yang dilakukan oleh PT Mayora
Indah Tbk yang bisa dikatakan baru memasuki industri mie instan yaitu dengan
memproduksi mie instan yang bernama bakmi mewah rasa .
4.
Membutuhkan peran iklan
Strategi pemasaran melalui iklan ini
akan selalu tetap di adopsi dan di pertahankan industri
mie instan untuk bersaing dengan lawannya. Seperti oleh PT. Indofood karena
merupakan satu-satunya strategi yang paling laris dan mnyeluruh.maka
membuat iklan dengan lagu indomie seleraku dan gambar orang-orang sedang makan
mie instan. Berbeda dengan mie sedap , yaitu dengan membuat iklan dengan
menggunkan artis untuk menarik pembeli.
5.
Terdapat satu market leader
(pemimpin pasar)
Hampir selama 4
dekade Indomie menjadi penguasa mutlak pasar mie instant Indonesia. Pada tahun
2002 Indomie menguasai 90% pangsa pasar sebagai dominantmarket leader,
Indofood sempat terlena me-maintain pasarnya sehingga kesempatan
ini dimanfaatkan oleh pendatang baru Mie Sedaap dari WingsFood dan Mie Kare
dari Orang Tua Group. Persaingan
cepat ini mengakibatkan Indomie kehilangan sebagian pangsa pasarnya. Market share yang
mencapai 90% menjadi 70%..
6.
Harga jual tidak berubah
Dalam pasar oligopoli ini harga
yang keluar tigak cepat naik atau turun, bisa dikatakan harga selalu stabil dan
tidak mudah berubah. Tiap tahun nya
harga mie instan meningkat 10%. Karena penjualan yang
stabil terhadap suatu produk yang diluncurkan oleh suatu perusahaan sudah cukup
menghasilkan keuntungan, namun apa bila tiba-tiba harga naik otomatis pembeli
akan berfikir kembali untuk membeli produk ini dan bisa jadi pembeli beralih
pada produk perusahaan lainya yang menjual varian yang sama namu harga lebih
murah dengan kualitas yang hampir sama
Pangsa pasar mie
insatan di Indonesia dikuasai oleh Indofood
Sukses Makmur menguasai pangsa pasar sekitar 70,7 persen mi instan. Wings
sebesar 17.20% , ABC President 1.80% , Jakarama Tama 2.80% ,lainnya 7.50%.
Jumlah konsumsi mie instan di Indonesia berdasarkan data yang dihimpun Berdasarkan data yang dihimpun World Instant Noodles Association
(WINA), total konsumsi mi instan di Indonesia diperkirakan mencapai 14,8 miliar
bungkus pada 2016. Angka ini meningkat dari konsumsi tahun sebelumnya, yakni
13,2 miliar bungkus. Selain itu, pada 2017 diproyeksikan akan kembali mengalami
peningkatan hingga 16 miliar bungkus.
Data World Instant Noodles Association (WINA) juga
memberi konfirmasi bahwa konsumsi mie instan masyarakat Indonesia terus
meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, konsumsi mie instan masyarakat
Indonesia sudah mencapai 14,9 miliar bungkus, atau mengalami peningkatan
sebesar 1 miliar bungkus bila dibandingkan dengan konsumsi pada tahun 2009. Itu
artinya, secara rata-rata setiap orang Indonesia mengkonsumsi sekitar 60-61
bungkus atau 1,5 dus mie instan pada tahun 2013. Tingginya angka konsumsi mie
instan ini menempatkan Indonesia di posisi kedua sebagai negara pengkonsumsi
mie instan terbesar di dunia setelah Cina, yang konsumsinya mencapai 46,2
miliar bungkus.
Jumalah
penjulaan mie instan menurut merk yaitu :
PT Indofood Suskes Makmur :2003 (59.418) ,2004(113.430),
2005(119.658), 2006(179.529)
PT Sayap Mas Utama ( Wings) : 2003 (56.231),2004 (99.432), 2005 (212.459), 2006 (212.459)
Oarang Tua Grup :
2003 (13.508),2004 (15.808), 2005 (19.597), 2006 (40.249)
PT ABC President :
2004(11.507), 2005(12.563), 2005(10.131), 2006(16.020)
PT.Dellifood
Sentosa Corpido : 2004(10.471), 2005(10.391), 2005(7.990), 2006(14.246)
PT Jakarana Tama :2004(7.261),
2005(2.757), 2005(53), 2006(38).
B.
SARAN
·
Untuk para pengusaha di industri
mie instan bersaing secara sehat tidak perlu saling menyerang dengan
mengeluarkan produk
·
berikan peluang bagi pengusaha
baru masuk.
·
Untuk konsumen kurangi
mengkonsumsi mie instan karena tidak baik untuk kesehatan
BAB V
REFERENSI
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/01/30/indofood-kuasai-71-pasar-mi-instan-indonesia
http://anggipay.blogspot.co.id/2012/03/pasar-oligopoli.html
Komentar
Posting Komentar