Langsung ke konten utama

STRUKTUR PASAR : PASAR OLIGOPOLI

OLIGOPOLI PASAR MIE INSTAN DI INDONESIA
 (Mata Kulian Ekonomi Industri)
Suharmo,SE, MSI









Disusun oleh :
DESSI WULANDARI
C1A015005

KEMENTERIAN RISET,TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PURWOKERTO
2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segaloa rahmat-Nya sehingga makalah yang ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berkontribusi dalam pembuatan makalah yang berjudul “OLIGOPOLI PASAR MIE INSTAN DI INDONESIA”
Penulis berharap makalh ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Terlepas dari itu semua, penulis menyadari masi ada kekurangan dalam makalah ini untuk itu penulis meminta kritik dan saran demi terwujudnya paper yang lebih baik






Purwokerto, 19 November  2017


Penulis



BAB I
PENDAHULUAN

A.           LATAR BELAKANG
Menyusul krisis keuangan global yang menghantam hampir semua sektor industri termasuk industri makanan, industri mie instan juga terkena imbasnya. Ditambah lagi pada 2008 lalu terjadi kenaikan harga bahan baku utama yaitu tepung terigu akibat penyesuaian terhadap kenaikan harga bahan bakar. Disamping itu kenaikan harga komoditas di pasar internasional mengakibatkan inflasi yang tinggi dan melemahnya daya beli masyarakat. Sehingga mempengaruhi  pertumbuhan industri makanan termasuk industri mie instan. Penurunan terjadi terutama pada segmen bawah karena kenaikan  harga jual mie instan seiring dengan kenaikan harga tepung terigu sebagai bahan baku utama. Akibatnya sebagian produsen dari mie instan segmen bawah untuk sementara tidak berproduksi, karena anjloknya permintaan konsumen dari kalangan ini.    
Sedangkan permintaan mie instant dari segmen menengah atas tidak mengalami perubahan. Sehingga industri mie instan segmen menengah atas tetap bersaing ketat. Namun demikian, persaingan di segmen menengah atas tersebut sekarang berlangsung secara  lebih sehat. Sebab tidak lagi terjadi perang harga secara terbuka antara dua produsen besar yaitu Grup Indofood dengan Grup Wings, seperti yang terjadi tiga tahun belakangan ini. Semua produsen mie instan segmen menengah atas tersebut serentak menaikkan harga jual produknya menyesuaikan dengan kenaikan biaya produksi yang tinggi.       
Ketatnya persaingan di dalam pasar  mie instan, menjadikan penguasaan pasar oleh Grup Indofood melalui PT. Indofood Sukses Makmur dengan merk Indomie berkurang menjadi sekitar 77% dari sebelumnya 90%. Hal ini terutama disebabkan munculnya pesaing terbesarnya yaitu PT. Prakarsa Alam Segar (Group Wingsfood) dengan produknya Mie Sedaap yang berhasil merebut sebagian pasar Indofood.  Wingsfood kini menguasai sekitar 12% pangsa pasar. 
Sejak lima tahun terakhir hingga saat ini praktis pasar mie instan hanya menjadi arena pertarungan antara Indomie (Grup Indofood) dengan Mie Sedaap (Grup Wings), keduanya menguasai sekitar 89% dari seluruh pasar mie instan di Indonesia. Sementara sejumlah pemain lainnya memperebutkan sisa pangsa pasar yang sangat kecil hanya 11%.
Meski terjadi krisis global, namun pada 2008 lalu produksi mie instan tetap mengalami pertumbuhan produksi sekitar 6,9% menjadi sekitar 1.544.072 ton dibandingkan 1.443.686 ton pada tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena imbas krisis global yang juga berdampak pada sektor industri makanan termasuk industri mie instan, dimana sebagian produsen mengurangi produksi karena permintaan berkurang.  Industri mie instan memiliki nilai pasar yang cukup besar, pada 2008 lalu diperkirakan mampu menembus Rp 15 triliun. Disamping itu, potensi pasar masih cukup besar dengan populasi 225 juta jiwa pada 2008, konsumsi mie instan per kapita baru sekitar 63  bungkus per orang setiap tahun. Ini masih lebih kecil dibandingkan dengan Korea Selatan yang konsumsi mie instannya cukup tinggi yaitu 70 bungkus per orang per tahun.  
Besarnya pasar mie instan di dalam negeri menarik minat beberapa pemain diluar Grup Indofood dan Grup Wings, yang berhasil mengisi ceruk pasar yang ada seperti Mie Gaga, Mie 100 (Mie Cepek) yang mulai diproduksi oleh PT. JakaranaTama. Begitu menariknya persaingan antar perusahaan mie instant maka penulis menulis makalah berjudul “PASAR PERSAINGAN SEMPURNA INDUSTRI MIE INSTAN DI INDONESIA”

B.            RUMUSAN MASALAH
1.        Bagaimana mengklasifikasikan industri mie instan masuk pada pasar oligopoli ?
2.        Bagaiamana pangsa (Market Share ) dari mie instan di Indonesia ?
3.        Bagaimana jumlah konsumsi mie instan di indonesia ?
4.        Bagaimana perbandingan konsumsi mie instan dengan negara lain ?
5.        Bagaiamana jumlah penjualan menurut merk mie instan ?
6.        Bagaimana kualitas produksi mie instan ?
C.            TUJUAN
1.             Untuk mengetahui mengklasifikasikan industri mie instan masuk pada oligopoli
2.             Untuk mengetahui pangsa pasar mie insan di Indonesia
3.             Untuk mengetahui market share mie instan di Indonesia
4.             Untuk mengatahui perbandingan konsumsi mie instan dengan negara lain
5.             Untuk mengatahui jumlah penjualan menurut merk mie instan
6.             Untuk mengetahui kualitas produksi mie instan

BAB II
LANDASAN TEORI

1.        Pengertian Pasar
Pada teori nya, pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Secara ringkas pasar dapat di definisikan tempat bertemunya penjual dan pembeli, penjual yang mempunyai kemampuan untuk menjual barang/jasa, dan pembeli yang memerlukan barang/jasa, barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran yang sah seperti uang fiat.
Klasifikasi pasar secara umum terdapat 2 jenis :
  • Pasar tradisional
Pasar tradisional adalah pasar yang bersifat tradisional dimana para penjual dan pembeli dapat mengadakan tawar menawar secara langsung. Barang-barang yang diperjual belikan adalah barang yang berupa barang kebutuhan pokok. Pasar tradisional pun dapat dikenali dengan bangunan kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.
  • Pasar modern
Pasar modern adalah pasar yang bersifat modern dimana barang-barang diperjual belikan dengan harga pas dan dengan layanan sendiri, dan biasa nya barang yang dijual dengan menggunakan label harga atau Barcode. Pada pasar ini, pembeli tidak dapat melakukan transaksi tawar menawar secara langsung, melainkan dengan potongan  harga (discount) yang telah ditentukan pihak pengelola pasar, serta terdapat nya pramuniaga yang membantu melayani pembeli. Contoh dari pasar modern adalah hypermart, pasar swalayan (supermarket), dan minimarket.
2. Struktur Pasar
Struktur pasar merupakan penggolongan pasar berdasarkan strukturnya kepada beberapa bentuk pasar, berdasarkan pada ciri-ciri seperti jenis produk yang dihasilkan, banyaknya perusahaan dalam industri, mudah tidaknya keluar atau masuk ke dalam industri peranan media massa/iklan dalam kegiatan industri. Pada analisa ekonomi dibedakan menjadi pasar persaingan sempurna dan pasar persaingan tidak sempurna (yang meliputi monopoli, oligopoly, Duopoli, monopolistik dan monopsoni). Dibagi kedalam beberapa jenis, yaitu :
a)      Pasar Persaingan Sempurna
Pengertian pasar persaingan sempurna adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dengan penawaran di mana jumlah pembeli dan penjual sangat banyaknya/tidak terbatas, dengan produk yang bersifat homogen atau produk yang sama. Contoh produknya seperti beras, kentang, gandum dan lain-lain. Ciri-ciri pokok dari pasar persaingan sempurna adalah:
1.      Jumlah perusahaan dalam pasar sangat banyak.
2.      Produk/barang yang diperdagangkan sejenis (homogen).
3.      Konsumen memahami sepenuhnya keadaan pasar.
4.      Tidak ada hambatan untuk keluar/masuk bagi setiap penjual.
5.      Pemerintah tidak campur tangan dalam proses pembentukan harga.
6.      Penjual atau produsen hanya berperan sebagai price taker (pengambil harga).
7.      Sensitive terhadapa perubahan harga.
8.      Harga ditentukan mekanisme pasar permintaan dan penawaran (demand and supply).
Aplikasi :
1.      Produsen secara indivigual tidak dapat mempengaruhi harga.
2.      Harga ditentukan oleh pasar.
3.      Produsen sebagai price maker.
4.      Kurva sejajar sumbu horizontal.
Dalam pasar persaingan sempurna, keputusan mengenai jumlah output perusahaan secara individual tidak bisa mempengaruhi tingkat harga, dan untuk keputusan mengenai penentuan harga, kurva permintaan menggambarkan secara horizontal, oleh karena itu harga dianggap konstan, berapapun output yang dihasilkan. Dengan demikian maka laba total akan didapat pada saat: MR = P = MC sepanjang P > AVC.
Pasar persaingan tidak sempurna, yang biasanya ada beberapa jenis lagi diantaranya :
b)       Pasar Monopoli
Arti dari pasar monopoli adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dan penawaran di mana hanya ada satu penjual/produsen yang menguasai  terhadap permintaan banyak pembeli atau konsumen. Pasar monopoli timbul akibat adanya praktek monopoli, yaitu pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu pelaku usaha/penjual yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan atau pemasaran atas barang dan jasa tertentu sehingga menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.
Pasar Monopoli yang tidak dilarang :
1.        Monopoli by Law
Monopoli oleh negara untuk cabang-cabang produksi penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak.
2.        Monopoli by Nature
Monopoli yang lahir dan tumbuh secara alamiah karena didukung iklim dan lingkungan tertentu.
3.         Monopoli by Lisence
Izin penggunaan hak atas kekayaan intelektual
Sifat-sifat pasar monopoli :
1.    Hanya terdapat satu penjual atau produsen yang menguasai penawaran.
2.    Harga dan jumlah kuantitas produk yang ditawarkan dikuasai oleh perusahaan monopoli.
3.    Umumnya monopoli dijalankan oleh pemerintah untuk kepentingan hajat hidup orang banyak.
4.    Sangat sulit untuk masuk ke pasar karena peraturan undang-undang maupun butuh sumber daya yang sulit didapat.
5.    Hanya ada satu jenis produk tanpa adanya alternatif pilihan atau tidak ada barang pengganti (close substitute).
6.    Tidak butuh strategi dan promosi untuk sukses.
Pasar monopoli disebabkan beberapa hal sebagai berikut :
1.    Adanya Undang-undang tentang pasar monopoli (undang-undang Monopoli), atas pertimbangan pemerintah, maka pemerintah dapat memberikan hak pada suatu perusahaan seperti PT. Pos dan Giro, PT. PLN. PT. KAI. PT.PERTAMINA
2.    Hasil pembinaan mutu dan spesifikasi yang tidak dimiliki oleh perusahaan lain, sehingga lama kelamaan timbul kepercayaan masyarakat untuk selalu menggunakan produk tersebut.
3.    Hasil cipta atau karya seseorang yang diberikan kepada suatu perusahaan untuk diproduksi, yang kita kenal dengan istilah hak paten atau hak cipta.
4.    Sumber daya alam. Perbedaan sumber daya alam menyebabkan suatu produk hanya dikuasai oleh satu daerah tertentu seperti timah dari pulau Bangka.
5.    Modal yang besar, berarti mendukung suatu perusahaan untuk lebih mengembangkan dan penguasaan terhadap suatu bidang usaha.
Kelebihan Pasar Monopoli :
1.        Mampu mengakumulasi laba super normal dalam jangka panjang.
2.        Menghasilkan output yang besar melalui peningkatan efisiensi.
3.    Mampu meningkatkan investasi ekonomi.
4.    Meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pengaturan harga dua tingkat ( two tier pricing).
5.    Keuntungan penjual yang cukup tinggi.
6.    Untuk produk yang menguasai hajat hidup orang biasanya diatur pemerintah.
Kelemahan Pasar Monopoli
1.    Hilang atau berkurangnya tingkat kesejahteraan konsumen
2.    Menimbulkan eksploitasi terhadap konsumen dan pekerja
3.    Memburuknya kondisi makroekonomi nasional
4.    Membruknya kondisi perekonomian Internasional
5.    Pembeli tidak punya pilihan lain untuk membeli barang
6.    Keuntungan hanya terpusat pada 1 perusahaan
c)        Pasar Monopolistik
Bentuk pasar di mana terdapat banyak produsen yang menghasilkan barang serupa tetapi memiliki perbedaan dalam beberapa aspek. Pasar monopolistic merupakan pasar yang memiliki sifat monopoli pada spesifikasi barangnya, sedangkan unsur persaingan pada banyak penjual yang menjual produk sejenis. Seperti shampoo, pasta gigi dan lain-lain.
Sifat-sifat pasar monopolistik :
1.      Untuk unggul diperlukan keunggulan bersaing yang berbeda.
2.      Mirip dengan pasar persaingan sempurna. Brand yang menjadi ciri khas produk berbeda-beda.
3.      Produsen atau penjual hanya memiliki sedikit kekuatan merubah harga.
4.      Relatif mudah keluar masuk pasar.
     Contoh dalam kehidupan nyata, seperti makanan ringan seperti tahu HOT Jeletot, mungkin secara konsep sama dengan para pedagang gorengan/tahu goreng yang lain, namun HOT jeletot memiliki perbedaan pada rasa, yakni rasa pedas yang amat sangat. Dan itulah salah satu strategi pedagang, yang dapat dibilang masuk kategori monopolistic.
Pasar Monopolistik memiliki kebaikan sebagai berikut :
1.    Banyaknya produsen di pasar memberikan keuntungan bagi konsumen untuk dapat memilih produk yang terbaik baginya.
2.   Kebebasan keluar masuk bagi produsen, mendorong produsen untuk selalu melakukan inovasi dalam menghasilkan produknya.
3.    Diferensiasi produk mendorong konsumen untuk selektif dalam menentukan produk yang akan dibelinya, dan dapat membuat konsumen loyal terhadap produk yang dipilihnya.
4.   Pasar ini relatif mudah dijumpai oleh konsumen, karena sebagian besar kebutuhan sehari-hari tersedia dalam pasar monopolistic
Selain memiliki kebaikan, Pasar Monopolistik juga memiliki kelemahan sebagai berikut :
1.    Pasar monopolistik memiliki tingkat persaingan yang tinggi, baik dari segi harga, kualitas maupun pelayanan. Sehingga produsen yang tidak memiliki modal dan pengalaman yang cukup akan cepat keluar dari pasar.
2.   Dibutuhkan modal yang cukup besar untuk masuk ke dalam pasar monopolistik, karena pemain pasar di dalamnya memiliki skala ekonomis yang cukup tinggi.
3.    Pasar ini mendorong produsen untuk selalu berinovasi, sehingga akan meningkatkan biaya produksi yang akan berimbas pada harga produk yang harus dibayar oleh konsumen
d)       Pasar Oligopoli
Suatu struktur pasar/bentuk persaingan pasar yang didominasi oleh beberapa produsen atau penjual dalam satu wilayah area atau pasar. Umumnya jumlah perusahaan lebih dari dua tetapi kurang dari sepuluh. Karena minimnya jumlah penjual, maka selalu ada hambatan untuk memasuki pasar. Penetapan harga oleh para penjual harus dipertimbangkan oleh pesaing-pesaing lain. Dengan kata lain, reaksi pesaing terhadap keputusan harga dan output adalah paling penting dalam pasar oligopoly.
Adapun karakteristik pasar oligopoly :
1.      Hanya sedikit perusahaan dalam industry (few number of firms).
2.      Produknya homogen atau terdiferensiasi (homogen or differentiated product).
3.      Pengambilan keputusan yang saling mempengaruhi (Interdependence Decisions).
Sifat-sifat pasar oligopoli :
1.      Harga produk yang dijual relatif sama.
2.      Pembedaan produk yang unggul merupakan kunci sukses.
3.      Sulit masuk ke pasar karena butuh sumber daya yang besar.
4.      Perubahan harga akan diikuti perusahaan lain.
Jenis-jenis pasar Oligopoli
Berdasarkan produk yang diperdagangkan, pasar oligopoli dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
1.      Pasar oligopoli murni (pure oligopoly)
Oligopoli murni adalah menjual barang yang homogen. Biasanya banyak dijumpai dalam industri yang menghasilkan bahan  mentah atau merupakan praktek oligopoli dimana barang yang diperdagangkan merupakan barang yang bersifat identik, misalnya praktek oligopoli pada semen.
2.      Pasar oligopoli dengan pembedaan (differentiated oligopoly)
menjual barang berbeda, barang   seperti itu umumnya adalah barang akhir atau merupakan suatu bentuk praktek oligopoli dimana barang yang diperdagangkan dapat dibedakan., misalnya pasar untuk komputer, seperti Acer, hp, Asus, IBM dan lain-lain.
Produk-produk air mineral dalam kemasan merupakan salah satu contoh bentuk praktek pasar oligopoli murni, sebab produk yang ditawarkan merupakan barang yang bersifat identik.
Kelebihan pasar Oligopoli
1.      Memberi kebebasan memilih bagi pembeli.
2.      Mampu melakukan penelitian dan pengembangan produk.
3.      Lebih memperhatikan kepuasan konsumen karena adanya persaingan penjual.
4.      Adanya penerapan teknologi baru.
Kekurangan pasar Oligopoli :
1.      Menciptakan ketimpangan distribusi pendapatan.
2.      Harga yang stabil dan terlalu tinggi bias mendorong timbulnya inflasi.

3.      Bisa timbul pemborosan biaya produksi apabila ada kerjasama antar oligopolies karena semangat bersaing kurang.
4.      Bisa timbul eksploitasi terhadap pembeli dan pemilik factor produksi.
5.      Sulit ditembus/dimasuki perusahaan/produsen baru.
6.      Bisa berkembang kearah monopoli.
Ciri-ciri Pasar Oligopoli :
a.              Terdapat beberapa penjual
Dalam pasar oligopoli ini tidak terlalu banyak penjual karena satu penjual merupakan perusahaan yang mempunyai banyak produk jadi dalam pasar ini yang bersain adalah antara perusahaan yang mempunyai produk sama namu berbeda kualitas.
b.             Barang yang dijual homogen atau berbeda corak
Dalam pasar oligopoli ini juga menjual banyak barang-barang yang sejenis namun berbeda dengan barang-barang yang ada di pasar lain umumnya. karena barang-barang yang siap dijual merupakan milik beberapa perusahaan yang merupakan pencipta barang-barang tersebut, karena dalam pasar ini hanya terdapat beberapa saja yang menjadi penjual karena penjual didalam pasar ini menghasilkan banyak barang yang sama dengan perusahaan yang lain namu beda harga juga beda kualiasnya.
c.              Sulit dimasuki perusahaan baru
Dalam pasar oligopoli ini mengapa dikatakan sulit dimasuki oleh perusahaan baru, karena image dari perusahaan yang sudah lama terbangun lebih kuat dengan pembeli di banding perusahaan yang baru muncul  yang menawarkan barang yang sama namun pembeli atau konsumen tidak tau kualitas dari barang-barang yang dijual perusahaan baru tersebut.
d.             Membutuhkan peran iklan
Dalam pasar ini peran iklan sangat membantu peusahaan dagang karena iklan dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat atau calon pembeli, oleh karena itu iklan terbukti ampuh dalam menarik perhatian calon pembeli yang ingin memilih barang-barang , dengan mudah perusahaan membuat iklan tentang produknya dengan keunggulan -keunggulan produknya dibanding produk perusahaan lain atau perusahaan pesaing.
e.              Terdapat satu market leader (pemimpin pasar)
Dalam pasar oligopoli ini jelas terjadi suatu kepemimpinan perusahaan yang bisa saja mengakibatkan banyak perusahaan muncul dan mengikuti produk yang di luncurkan oleh perusahaan yang memimpin pasar, contohnya saja produk mie instan . banyak sekali varian yang diluncurkan oleh perusahaan yang menjadi pemimpin pasar mie instan ,ketika perusaaan ini mengeluarkan produk terbarunya dan mengiklankannya lalu masyarakat yang melihat iklan tersebut banyak yang membeli produk ini, otomatis perusahaan yang lain dan pesaing perusahaan ini akan membuat varian yang sama untuk produknya untuk mencoba menarik pembeli.
f.              Harga jual tidak mudah berubah
   Dalam pasar oligopoli ini harga yang keluar tigak cepat naik atau turun, bisa dikatakan harga selalu stabil dan tidak mudah berubah, mengapa? . mungkin saja karena penjualan yang stabil terhadap suatu produk yang diluncurkan oleh suatu perusahaan sudah cukup menghasilkan keuntungan, namun apa bila tiba-tiba harga naik otomatis pembeli akan berfikir kembali untuk membeli produk ini dan bisa jadi pembeli beralih pada produk perusahaan lainya yang menjual varian yang sama namu harga lebih murah dengan kualitas yang hampir sama.










BAB III
PEMBAHASAN


B.            KLASIFIKASI PASAR PERSAINGAN SEMPURNA PADA INDUSTRI MIE INSTAN DI INDONESIA
1.    Terdapat beberapa penjual
Saat ini produsen mie instan tercatat sekitar 20 perusahaan baik perusahaan berskala besar maupun kecil. Industri mie kering yang dikemas bersama bumbunya atau yang lebih populer dengan sebutan instant noodle, relatif cukup lama berdiri di Indonesia yaitu dimulai sekitar tahun 1969. Yang dianggap perintis di bidang industri ini adalah PT Supermie Indonesia yang beroperasi sejak tahun 1969. 
a.    Grup Indofood
Pada tahun 1979 berdiri PT Sarimi Asli Jaya, sebagai divisi food dan consumer product dari pengembangan usaha Grup Salim di pengo¬lahan terigu. Perusahaan yang memproduksi mie instan merk Sarimi ini, pada awalnya tidak terlalu berhasil dalam pemasarannya. Mie instan mulai berkembang pesat setelah Grup Salim, dengan anak perusahaannya PT Sanmaru Food Manufacturers Co. Ltd. melaku¬kan swap share dengan produsen mie instan merk Indomie yaitu Jangkar Sakti Grup, sehingga merek tersebut memasyarakat di pasar domestik. Terlebih lagi setelah Grup Salim mengambil alih PT Supermi Indonesia tahun 1986 lalu, menjadikan mie instan produksi Grup Salim mendominasi pasar di dalam negeri.
Salah satu anak perusahaan Grup Salim yang berdiri tahun 1990, yaitu PT Panganjaya Inti Kusuma, pada awal Februari 1994 berubah nama menjadi PT Indofood Sukses Makmur (ISM). Perusahaan ini kemudian menjadi cikal bakal Group Indofood yaitu sub-group dari Salim Group yang menggabungkan  18 perusahaan dari devisi indus¬tri makanan olahan  group Salim maupun anak perusahaan ISM lainnya. Penggabungan (merger) tersebut melibatkan 6 perusahaan yang memproduksi mie instan yaitu PT Sanmaru, PT Pangan Jaya Abadi, PT Karyapangan Inti Sejati, PT Lambang Insan Makmur dan PT Sari¬mie Asli Jaya. Sejumlah mie instan produksi Indofood yang beredar di pasar dengan merk Indomie, Supermie, Sarimie dan Popmie. 
Pada 1994 ISM go public dengan menawarkan sebanyak 21 juta lembar saham senilai Rp 21 milyar kepada masyarakat, sehingga modal yang ditempatkan dan modal yang disetor perusahaan meningkat dari Rp 742 milyar menjadi Rp 763 milyar. Pemegang saham ISM saat ini terdiri dari Cab Holding Ltd (46,53%), lai-lain (9,6%) dan publik (43,78%). Kapasitas produksi terpasang mencapai 15,0 miliar bungkus per tahun pada 2008, meningkat dari sebelumnya 14,5 miliar bungkus per tahun. Sedangkan tingkat utilisasi mencapai 80% pada 2008, ISM merupakan produsen mie instant terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Saat ini pabrik ISM bertambah menjadi 16 unit dari sebelumnya 14 unit  pabrik mie instan yang tersebar di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Industri mie instan milik ISM didukung oleh pabrik bumbu yang semuanya berlokasi di Pulau Jawa, yaitu PT. Indosentra Pelangi.   
Selain itu, ISM juga memiliki dua pabrik pengolahan gandum di Jakarta dan Surabaya melalui PT. ISM Bogasari dan 1 pabrik kemasan karung tepung di Citereup. Pada 2007 ini, ISM akan menambah lagi dua unit mesin produksi untuk mencapai target penjualan mencapai 17 juta bungkus per minggu. Saat ini kapasitas produksi Indofood dengan delapan unit mesin produksi terpasang yakni 3.500 dos (isi 40 bungkus/dos) per mesin per shif. Sementara dalam sehari dibagi atas tiga shif. Sehingga, rata-rata menghasilkan sekitar 3.360.000 bungkus per hari. ISM merupakan produsen mie instan terbesar di Indonesia. Selama ini sekitar 2% produknya diekspor ke lebih dari 50 negara di seluruh dunia.
b.    PT Nissin Mas
PT. Nissin Mas merupakan perusahaan PMA (Penanaman Modal Asing) didirikan oleh Roda Mas dan Nissin Food Product Co. Ltd, Jepang pada 1992 dengan kapasitas 16.000 ton per tahun dan menelan investasi US$ 10 juta. Nissin sebagai mitra dari Jepang, merupakan salah satu produsen mie instan terbesar di negara itu. PT. Nissin Mas melakukan terobosan baru dengan memproduksi mie instan dalam kemasan mangkok (bowl noodles) merek "Noo¬dles". Selain itu Noodles juga disajikan secara one touch cook¬ing, artinya konsumen tidak perlu membuka kantung bumbu, karena semuanya sudah dicampur menjadi satu. Untuk pasar cup noodle, Nissin Mas bersaing dengan produk ISM yaitu Pop Mie. 
Pada Juli 1996 ISM membentuk aliansi strategis dengan Nissin Food Product Co. Ltd, produsen mie instant terbesar di Jepang, serta Nissho Iwai Corporation, perusahaan dagang terkemuka di negara tersebut.  Ketiga perusahaan itu akan memperkuat modal PT Nissin Mas, dimana Indofood akan menyertakan sahamnya sebanyak 49% di PT Nissin Mas. Sehingga 51% sisa saham, masing-masing akan dimiliki oleh PT Nissin  (49%) dan Nissho Iwai (2%). 
c.    PT ABC
PT ABC President, sebuah PMA sebelumnya dikenal memproduksi berbagai produk makanan dan minuman (saus, kecap dan sebagainya). Perusahaan ini merupa¬kan patungan dari PT Aneka Bina Cipta (62%), dengan mitra asing Nan Gai Investment Co. Ltd, Hongkong (35%) dan Yeuan Yeou Enterprises Co. Ltd, Taiwan (3%). Pada 1993 ABC President memproduksi mie instan dengan kapasitas produksi 48.000 ton per tahun. Untuk pasar menengah dipasarkan dengan merek ABC dan Presi¬den, sedangkan untuk segmen pasar kelas bawah dipasarkan dengan merk Top Rame. 
d.   PT Jakarana Tama
PT Jakarana Tamayang berlokasi di Bogor memproduksi mie instan merk Michiyo. Produk ini berhasil mengisi ceruk pasar di segmen kelas atas yang tidak diisi oleh Indomie. Namun ceruk pasar kelas atas ini kemudian diserbu oleh berbagai merek produk Indofood. Pemasarannya didukung oleh perusahaan distributor PT Wicaksana Overseas Internasional. Perusahaan cukup berhasil memasarkan Gaga 100. PT.Dellifood Sentosa Corporation memasarkan Miduo yang mensiasati ceruk pasar potensial, karena masih banyak konsumen yang tidak merasa cukup kenyang dengan mengkon¬sumsi mie instan kebanyakan yang volumenya berkisar 75 gram. 
e.    PT Nestle
PT Nestle yang dikenal sebagai produsen susu bubuk juga memasuki bisnis mie instant bekerja sama dengan PT Supmi Sakti. Produknya memakai merk Maggi Mi.  
f.     PT Barokah Inkopontren
PT Barokah Inkopontren yang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat memasarkan Mie Instant merek Barokah sejak 1999, dengan investasi Rp 24,9 milyar untuk kapasitas 7.200 ton per tahun.
g.    Grup Wings
Meningkatnya permintaan mie instan, sebagai konsumsi alternatif makanan pokok, telah mendorong investor baru di antaranya Group Wings. Group Wings yang berpusat di Surabaya, Jawa Timur awalnya lebih dikenal sebagai produsen sabun cuci dengan merk Wings Biru. 
Pada awal 2003 melalui sub grup-nya Wingsfood langsung sukses menggebrak pasar mie instan melaui produknya Mie Sedaap. Wingsfood memiliki dua anak perusahaan yaitu PT. Karunia Alam Segar (KAS) dan PT. Prakarsa Alam Segar (PAS) dengan total kapasitas produksi sekitar 202 ribu ton per tahun. KAS yang berlokasi di Gresik (Jawa Timur) sebagai basis produksi untuk pemasaran wilayah Indonesia bagian Timur, sedangkan PAS yang berlokasi di Bekasi (Jawa Barat) untuk pemasaran wilayah barat. Strategi Wingsfood ini berhasil merebut sebagian pasar mie instan yang selama ini dikusai oleh Indofood. Semua distribusi produk Mie Sedaap milik Wingsfood ditangani oleh PT. Sayap Mas Utama.
h.    PT Olagafood
PT Olagafood Industri Makanan dan Minuman didirikan pada 1997 di Medan, Sumatera Utara. Awalnya, perusahaan ini bergerak dalam produksi air kelapa muda kalengan untuk pasar ekspor terutama untuk pasar Taiwan. Pada 1998, perusahaan ini memulai produksi mie instan, yang dipasarkan dengan merk Alhami dengan 12 macam varian rasa. Produk Alhami dipasarkan dengan 2 macam pilihan produk, yaitu Alhami reguler dan Alhami 100.
Pada 2001, Olagafood melakukan ekspansi dengan memproduksi varian baru dan dipasarkan dengan merk Santremie. Selanjutnya Olagafood juga memproduksi mie instan khusus bagi vegetarian yang dipasarkan menggunakan merk Maitri. Sedangkan mie makanan ringan dipasarkan dengan merk Hola Hole dan Mikka. Serta produk mie instan varian terbaru dengan merk Alimi mulai diproduksi pada 2006. Olagafood melakukan diversifikasi produk dengan mulai produksi kecap kedelai, dengan tujuan untuk digunakan sendiri dalam produksi mie instant.  Olagafood memasarkan kecap kedelainya dengan merek Gurumasak. Olagafood telah meningkatkan kapasitas produksinya pada 2009 menjadi 57.600 ton per tahun dari sebelumnya hanya 36.000 ton per tahun. Peningkatan kapasitas tersebut untuk memenuhi kebutuhan pasar terutama di Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam. 
i.      PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 
PT. Tiga Pilar Sejahtera (TPS)  didirikan pada 1992 oleh keluarga almarhum Tan Pia Sioe. Perusahaan ini bergerak dalam industri pengolahan mie. Awalnya pada 1959, almarhum Tan Pia Sioe mendirikan bisnis keluarga   yang memproduksi bihun jagung dengan nama Perusahaan Bihun Cap Cangak Ular di Sukoharjo, Jawa Tengah. Pada 2002, TPS mengakuisisi PT. Asia Inti Selera yang memproduksi mie instant yang sudh beroperasi sejak 1985. Produsen pengolahan mie ini memiliki pabrik yang terintegrasi yang tersebar di Sragen Jawa Tengah, Jakarta dan Lampung. TPS memproduksi berbagai macam produk yaitu Mie Telor, Mie Instant, Mie Snack, Bihun Beras, Bihun Instant, Bihun Jagung, Biscuit, Candy, Bumbu, dll.
2.         Barang yang dijual homogen atau berbeda corak namaun terdiferensiasi
NAMA PERUSAHAAN
NAMA PRODUK
GRUP INDOFOOD
INDOMIE
PT NISSIN MAS
POP MIE
PT ABC
TOP RAMEN/MIE ABC
PT JAKARANA TAMA
MICHIYO DAN MIDOU
PT NESTLE
MAGGI MI
PT BAROKAH INKOPONTREN
BAROKAH
GRUP WINGS
MIE SEDAP/SUKSES’S
PT OLAGAFOOD
ALHAMI/SANTREMIE/MAITRI
PT TIGA PILAR SEJAHTERA
BIHUN CAP CANGAK ULAR/ HAHAMI/ SUPERIOR/MIKITA

Semua perusahaan di atas adalah perusahaan yang memproduksi mie instan dengan merk yang berbeda-beda(misalnya saja indomie dan sarimie yang diproduksi oleh grup indofood), rasa yang berbeda-beda yaitu indomie dengan rasa sambal matah , rasa empal gentong, soto dan mie sedap ras sambal goreng , rasa kari ayam dan kemasan yang berbeda-beda.
3.               Sulit dimasuki perusahaan baru
Adanya hambatan produsen mie instan baru yang ingin memasuki pasar karena adanya satu perusahaan pemimpin besar seperti dalam pasar mie instan leader market adalah Indofood yang menguasai pangsa pasar tapi produsen baru masih dapat memasuki pasar mie instan apabila dapat bersaing dengan produk mie instan dari PT.Indofoot Sukses Makmur Tbk. Seperti hal nya yang dilakukan oleh PT Mayora Indah Tbk yang bisa dikatakan baru memasuki industri mie instan yaitu dengan memproduksi mie instan yang bernama bakmi mewah rasa . Mie yang dibuat oleh PT Mayora Indah Tbk membuat terobosan baru tidak hanya memberikan bayangan rasa dari setiap varian tetapi dengan membuat rasa tersebut nyata yaitu dengan menampilkan ayam yang dan jamur yang dipotong tidak dikeringkan dan bukan hanya bumbu rasa ayam tetapi ayam nyata. Bahkan produsen mie instan dari negara lain masuk ke negara Indonesia baru-baru ini Indonesia dibanjiri mie asal Korea Selatan yaitu mie samyang yang diproduksi oleh Samyang.corp. Akibat rasanya yang pedas dan tidak ada mie yang memproduksi di dalam negeri maka PT KORONUS mendatangkan mie tersebut ke dalam negeri dengan mengimpornya karena banyaknya permintaan konsumen dalam negeri (Indonesia). Tetapi tidak lama mie samyang sudah kurang laku karena ada pemberitaan di televisi beberapa mie samyang mengandung babi sedangkan negara Indonesia mayoritas adalah agama islam maka penjualannya menurun.
4.             Membutuhkan peran iklan
Iklan adalah setiap bentu komunikasi  nonpersonal mengenai suatu organisasi, produk, servis atau ide yang di bayar oleh satu ponsor yang diketahui.
Untuk iklan banyak sekali yang sudah dijalankan dan malah dengan iklan itulah yang membuat semua orang tahu ternyata ada produk baru, ternyata, muraah, ternyata indomie dan lain sebagainya.
Iklan ini biasanya di pasang di meddia cetak, media elektronik, billboard, iklan di TV, sebagai sponsor acara, dan iklan lebih terbaru sekarang yaitu gencarnya pemasangan iklan di media internet. Dengan menggunakan iklan ini semua khalayak akan tahu dan dengan cepat menyebar kemana-mana apalagi dengan televisi dan media internet yang begitu gencar saat ini. Strategi pemasaran melalui iklan ini akan selalu tetap di adopsi dan di pertahankan 
industri mie instan untuk bersaing dengan lawannya. Seperti oleh PT. Indofood karena merupakan satu-satunya strategi yang paling laris dan mnyeluruh.maka membuat iklan dengan lagu indomie seleraku dan gambar orang-orang sedang makan mie instan. Berbeda dengan mie sedap , yaitu dengan membuat iklan dengan menggunkan artis untuk menarik pembeli.
5.             Terdapat satu market leader (pemimpin pasar)
Hampir selama 4 dekade Indomie menjadi penguasa mutlak pasar mie instant Indonesia. Pada tahun 2002 Indomie menguasai  90% pangsa pasar sebagai dominantmarket leader, Indofood sempat terlena me-maintain pasarnya sehingga kesempatan ini dimanfaatkan oleh pendatang baru Mie Sedaap dari WingsFood dan Mie Kare dari Orang Tua Group. Persaingan cepat ini mengakibatkan Indomie kehilangan sebagian pangsa pasarnya. Market share yang mencapai 90% menjadi 70%.. Penjualan Indofood tetap naik, namun ada sebagian pasar – bisa jadi konsumen baru – yang direbut oleh merek baru. Sehingga di pasar yang sebenarnya tumbuh, pertumbuhan pasar Indofood – karena besarnya – tidak mampu mengimbangi pertumbuhan pasar secara total. Menyadari hal ini, Indofood ”bangkit” dari tidurnya. Raksasa mie instant ini mengerahkan seluruh brand-nya untuk bertahan dan mengembalikan market shareyang direbut kompetitor.
Indofood sebetulnya pernah bereaksi atas serangan Mie Sedaap dengan meluncurkan Indomie Kriuk, varian baru Supermi Sedaaap, dan gimmick ”Beli 5 Gratis 1” dalam rentang waktu yang cukup panjang. Reaksi Indofood yang cenderung impulsif ini dinilai para pengamat kurang strategis, terlalu pragmatis, ”terjebak permainanchallenger”–kesalahan yang sering dilakukan oleh big brands. Tidak mau tersandung di batu yang sama untuk kedua kalinya, tahun ini Indofood meluncurkan strategi marketing yang lebih komprehensif yang lebih menunjukkan jati diri Indofood sebagaimarket leader. Hampir semua brand dalam portfolio-nya disegarkan kembali dengan kampanye baru maupun peluncuran produk baru. Indomie disegarkan dengan kampanye ”Selera Nusantara” yang lebih modern. Sarimi lebih difokuskan untuk membendung produk unggulan Mie Sedaap Soto Ayam—dengan meluncurkan produk Sarimi Soto Koya yang di-endorse oleh Luna Maya.
Sementara Supermi disegarkan dengan meluncurkan produk baru: mie goreng rasa soto (GoSo), rasa bawang (GoBang), dan rasa kari (GoKar). Indofood juga menggunakan Slank untuk meng-endorse Supermi—Supermi tampaknya akan dijadikan brand unggulan kedua Indofood setelah Indomie yang menyumbang hampir separuh omset divisi noodle Indofood. Akan halnya Pop Mie, meskipun saat ini bisa dibilang melenggang sendiri tanpa head on competitor, Indofood sudah mengantisipasinya dengan upaya building brand melalui kampanye dan promosi di kalangan remaja.Indomie juga turut mengusung tema “bergizi” seperti halnya yang dilakukan oleh competitor utamanya yaitu mie sedaap.  Kelemahannya adalah kurangnya maintain dalam program tersebut. Kemiripan  target market produk Indofood group yakni Supermi, Pop Mie menyebabkan terjadinya kanibalisme atau ”perang saudara” antara sesama brand Indofood.
Pasa tahun 2002 Indofood masih menguasai pasar mie sebesar 90%. Begitu Mie Sedap masuk pada Mei 2003, dengan rasa baru, harga kompetitif, dan promo yang gebyar, pangsa pasar Indofood mulai goyah. Pada 2006 pangsa pasar Indofood turun, diperkirakan menjadi sekitar 75%–25% sisanya diperebutkan oleh pesaingnya. Namun dengan strategi yang tepat per data tahun 2012 Indomie kembali menguat dengan posisi market share 77,9 %. Mie Sedaap terus gencar melakukan promosi yang tidak hanya di above the line tetapi juga intense dalam tataran trade marketing. Strategi Mie Sedaap antara lain dengan mengakuisisi warung-warung/ retailer Indomie.


6.             Harga jual tidak berubah
  Dalam pasar oligopoli ini harga yang keluar tigak cepat naik atau turun, bisa dikatakan harga selalu stabil dan tidak mudah berubah. Tiap tahun nya harga mie instan meningkat 10%. Karena penjualan yang stabil terhadap suatu produk yang diluncurkan oleh suatu perusahaan sudah cukup menghasilkan keuntungan, namun apa bila tiba-tiba harga naik otomatis pembeli akan berfikir kembali untuk membeli produk ini dan bisa jadi pembeli beralih pada produk perusahaan lainya yang menjual varian yang sama namu harga lebih murah dengan kualitas yang hampir sama.
B.            PANGSA PASAR MIE INSTAN DI INDONESIA
Sejak 2003 dominasi Indofood di pasar mi instan mulai mengalami penurunan dengan hadirnya Mie Sedap milik PT Sayap Mas Utama, anak usaha Wings Group. Penurunan pangsa Indofood di mi instan terlihat pada 2002 pangsa pasanya 90%, kemudian menurun menjadi 75% pada 2003, dan pada 2007 sekitar 73,7% dengan menggabungkan pangsa Indomie,pop mie Supermie,Sarimi. Pada 2005, PT Indofood Sukses Makmur sempat menguasai sekitar 78% pangsa pasar mie instan di Indonesia. Dominasi pangsa pasar tersebut berkurang dari sebelumnya hampir 90% seiring dengan desakan KPPU agar persaingan harga yang lebih sehat. Apalagi, beberapa pendatang baru dalam bisnis mie cepat saji ini pun mulai bermunculan.
Dalam kurun waktu beberapa tahun ke depan, dominasi produk-produk Indofood Grup (Indomie, Supermi, Sarimi, Sakura, Pop Mie) di pasar mie instan diprediksi masih akan sulit dipatahkan. Sebab, perusahaan pelopor mie instan dan terbesar di dunia itu sudah memiliki brand equity dan
cocok di konsumsi di Indonesia. Meski begitu, persaingan bisnis mie instan masih akan berkembang karena produsen lain juga melihat peluang besar di sektor usaha ini. Industri mie instan yang memiliki nilai pasar cukup besar pada 2008 lalu diperkirakan mampu menembus Rp15 triliun menarik minat beberapa pemain Industri mie instan yang memiliki nilai pasar cukup besar pada 2008 lalu diperkirakan mampu menembus Rp 15 triliun menarik minat beberapa pemain di luar Grup Indofood dan Grup Wings. Angka ini jelas membuat banyak perusahaan tertarik untuk ikut bersaing di pasar mie instan.

          Diketahui, sejak lima tahun terakhir pasar mie instan hanya menjadi arena pertarungan antara Indomie (Grup Indofood) dengan Mie Sedaap (Grup Wings). Keduanya menguasai sekitar 93% dari seluruh pasar mi instan di Indonesia. Sementara sisanya dikuasai sejumlah pemain kecil dalam industri tersebut. Para kompetitor yang berjumlah lebih dari 84 perusahaan siap menggerus ceruk pasar Indomie. Mie Sedaap belakangan sangat agresif melakukan penetrasi pasar guna merebut porsi Indomie. Alhasil, meski baru muncul pada Mei 2003 Mie Sedaap yang diproduksi PT Sayap Mas Utama (grup Wingsfood) kini berhasil meraih 23,0% pangsa pasar dan membayangi Indomie di posisi kedua.
Indofood Sukses Makmur menguasai pangsa pasar sekitar 70,7 persen mi instan. Meskipun Mie Sedap (produksi Wingsfood) mulai mencuri perhatian penikmat mi instan lokal, namun pangsa pasarnya masih jauh di bawah Indomie keluaran Indofood. Mi instan telah menjadi makanan pengganti nasi bagi sebagian masyarakat Indonesia. Menurut Asosiasi Mi Instan Dunia (WINA), konsumsi mi instan Indonesia mencapai 14,5 miliar bungkus pada 2015. Terbesar kedua di dunia setelah masyarakat Cina yang mencapai 42,5 miliar bungkus. Konsumsi mi instan domestik, menurut Asosiasi Biskuit, Roti dan Mi Instan pada 2015 mencapai 13,2 miliar bungkus. Diperkirakan konsumsi mi instan meningkat menjadi 14,8 miliar bungkus pada 2016.
C.           JUMLAH KONSUMSI MIE ISNTAN DI INDONESIA

Berdasarkan data yang dihimpun World Instant Noodles Association (WINA), total konsumsi mi instan di Indonesia diperkirakan mencapai 14,8 miliar bungkus pada 2016. Angka ini meningkat dari konsumsi tahun sebelumnya, yakni 13,2 miliar bungkus. Selain itu, pada 2017 diproyeksikan akan kembali mengalami peningkatan hingga 16 miliar bungkus. 
Menurut Asosiasi Produsen Roti, Biskuit dan Mie Instan; mi instan sudah tidak berperan sebagai snack (makanan ringan), namun sudah dijadikan lauk pendamping atau makanan pengganti nasi bagi sebagian masyarakat Indonesia. Kemudahan dalam memasak, harga yang murah dan rasa yang sesuai selera masyarakat juga menjadi faktor utama tingginya konsumsi terhadap mi instan. Makin beragamnya rasa yang disediakan produsen menjadikan keinginan konsumsi masyarakat akan mi instan semakin besar.

D.    JUMLAH KONSUMSI MIE INSTAN INDONESIA DAN NEGARA LAIN

Ada fakta menarik bila kita mengamati perkembangan pola konsumsi pangan penduduk Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, khususnya dalam soal pemenuhan asupan karbohidrat (carbohydrate intake). Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) memperlihatkan, konsumsi beras per kapita masyarakat Indonesia terus berkurang secara konsisten. Hal ini tentu merupakan perkembangan yang menggembirakan. Pasalnya, penurunan konsumsi beras per kapita sebesar 1,5 persen per tahun merupakan salah satu target pemerintah di bidang pangan. Sayangnya, hal tersebut tidak dibarengi dengan peningkatan konsumsi komoditas pangan lokal yang merupakan sumber karbohidrat selain beras. Tapi, yang meningkat justru konsumsi produk olahan tepung  terigu, terutama mie instan. Hasil Susenas menunjukkan, selama periode 1996-2011, laju peningkatan pangsa pengeluaran rumah tangga Indonesia yang dialokasikan untuk membeli mie instan mencapai 5,95 persen per tahun. Hal ini memberi konfirmasi bahwa peran mie instan kian besar dalam pola konsumsi masyarakat Indonesia. Tidak heran, bila belakangan ini mie instan merupakan salah satu komoditas yang diikutkan dalam perhitungan garis kemiskinan. Kontribusinya pun cukup besar. Pada September 2014, misalnya, mie instan merupakan salah satu dari lima komoditas makanan yang memberi andil  paling besar terhadap garis kemiskinan. Kontribusi  mie instan di pedesaan mencapai 2,41 persen, sementara di perkotaan mencapai 2,62 persen (BPS, 2015).
Data World Instant Noodles Association (WINA) juga memberi konfirmasi bahwa konsumsi mie instan masyarakat Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, konsumsi mie instan masyarakat Indonesia sudah mencapai 14,9 miliar bungkus, atau mengalami peningkatan sebesar 1 miliar bungkus bila dibandingkan dengan konsumsi pada tahun 2009. Itu artinya, secara rata-rata setiap orang Indonesia mengkonsumsi sekitar 60-61 bungkus atau 1,5 dus mie instan pada tahun 2013. Tingginya angka konsumsi mie instan ini menempatkan Indonesia di posisi kedua sebagai negara pengkonsumsi mie instan terbesar di dunia setelah Cina, yang konsumsinya mencapai 46,2 miliar bungkus.
Celakanya, bahan baku pembuatan mie instan adalah tepung terigu yang merupakan produk olahan gandum. Karena gandumnya harus diimpor, tak bisa dihindari, peningkatan konsumsi mie instan juga dibarengi dengan lonjakan impor gandum. Tidak membikin heran bila kini Indonesia merupakan negara importir gandum terbesar ke-4 di dunia setelah Mesir, Cina, dan Brazil dengan volume impor mencapai 7,4 ton atau senilai US$3 miliar pada kurun 2013-2014 (Koran Jakarta, 12 April 2014). Itu artinya, volume impor dan banyaknya devisa yang dihabiskan untuk impor gandum sebetulnya  lebih besar dari impor beras. Indonesia bahkan diramalkan bakal menjadi importir gandum terbesar di dunia dalam lima tahun mendatang. Karena itu, tren peningkatan impor gandum harus disikapi secara serius oleh pemerintah. Sedikitnya ada dua hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mengerem laju peningkatan impor gandum.
Pertama, pengembangan komoditas pengganti gandum sebagai penghasil tepung terigu harus didorong oleh pemerintah. Salah satu komoditas yang potensial untuk dikembangkan sebagai pengganti gandum adalah sagu. Sayangnya, komoditas ini belum sepenuhnya dilirik oleh industri, meski kandungan seratnya lebih kaya dibanding gandum. Kedua, pemerintah juga harus mendorong budidaya tanaman gandum di dalam negeri. Meskipun sejatinya merupakan tanaman sub-tropis, ada beberapa varietas gandum yang cocok dibudidayakan di iklim tropis, sehingga sangat potensial untuk dikembangkan di tanah air. Upaya membudidayakan gandum di Indonesia sebetulnya sudah dirintis oleh sejumlah kalangan dan terbilang sukses. Yang dibutuhkan adalah dukungan dan upaya afirmatif dari pemerintah untuk mendorong budidaya gandum di dalam negeri dengan skala yang lebih luas.

Mie instan menjadi sangat populer karena sudah dijadikan sebagai makanan utama pendamping atau bahkan pengganti nasi. Indonesia sendiri adalah negara dengan tingkat konsumsi mie instan tertinggi kedua di dunia setelah Tiongkok.
E.            JUMLAH PENJUALAN MENURUT MERK MIE INSTAN
Besarnya tingkat konsumsi masyarakat terhadap Mie Instant disebabkan adanya anggapan bahwa makanan ini sebagai makanan pokok pengganti nasi. Penyebab lain peningkatan konsumsi Mie Instant adalah cita rasanya bisa diterima dibandingkan jenis makanan sereal dan cracker. Berdasarkan peningkatan konsumsinya, pasar Mie Instant pun mengalami peningkatan. Perputaran bisnis Mie Instant sampai tahun 2007 diperkirakan mencapai Rp 11 triliun (Majalah Swa). Perkembangan industri Mie Instant ditandai dengan munculnya berbagai merek baru setelah Indomie (Indofood), yaitu : Mie Sedaap (Grup Wings); Kare, Selera Rakyat (Grup Orang Tua); ABC (PT ABC President); Gaga Mie 100 (PT Jakarana Tama Food Industry); Alhamie (PT Olaga Sukses Mandiri); Salam Mie (PT Sentrafood) dan sebagainya.
Perushaan
Merk
2003
2004
2005
2006
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Indomie , sarimie, supermie,popmie
59.418
113.430
119.658
179.529
PT.Sayap Mas Utama (Wings)
Mie sedaap
56.231
99.432
140.169
212.459
Orang Tua Grup
Mie kare, mie selera rakyat
13.508
15.808
19.597
40.249
PT.ABC President Indonesia
MIE ABC
11.507
12.563
10.131
16.020
PT.Dellifood Sentosa Corpido
Miduo,Mie Gelas
10.471
10.391
7.990
14.246
PT.Jakarana Tama
Gaga 100
7.261
2.757
53
38
Produk yang dihasilkan termasuk mie instan (Indomie, Sarimi, Supermi, Cup Noodles, Pop Mie, Intermie, Sakura). BPS mencatatkan bahwa 98% pangsa pasar mi di Indonesia adalah pasar mie instant (lihat Tabel 1.3). Indofood merupakan produsen mie instan terbesar dengan kapasitas produksi 13 milyar bungkus per tahun. Selain itu Indofood juga mempunyai jaringan distribusi terbesar di Indonesia. Meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap Mie Instant yang menyebabkan bertambahnya jumlah produsen Mie Instant di Indonesia, akan menimbulkan persaingan yang semakin ketat. Tingkat penetrasi Indofood di industri mi instant ini sangat lemah. Pangsa pasarnya semakin tergerus oleh kompetitornya. Tabel 1.4 menunjukan merek-merek mi instan seperti Indomie, Sarimie, Supermie, dan Pop Mie, semakin kalah dengan kompetitornya (Mie Sedap ataupun Mie Kare). Pangsa pasar 40% di tahun 2003 bahkan jatuh drastis menjadi 20% di tahun 2007.
Hal ini menjadi masalah serius untuk Indofood. Persaingan dalam industri mie instan yang ketat justru semakin mendorong pasar untuk terus tumbuh karena produsen menjadi lebih kreatif dalam melakukan inovasi terhadap produknya untuk mempertahankan bahkan memperluas pangsa pasarnya. Suatu perusahan dapat menambah produk baru melalui pengembangan produk dengan proses merubah atau menambahkan sesuatu bentuk ke dalam produk yang dapat di pasarkan. Indofood mengakuisisi Supermi untuk memperkuat dominasinya di pasar mie instan untuk melengkapi Sarimie, Popmiedan Indomie. Selain itu, perusahaan dapat juga menguatkan citra merek untuk mengkekalkan kelangsungan perusahaan.
F.            KUALITAS PRODUKSI
Secara umum kapasitas produksi mie instan dalam periode lima tahun terkahir mengalami pertumbuhan rata-rata 18,6% per tahun. Kapasitas produksi mengalami peningkatan cukup tinggi yaitu mencapai 72,6% menjadi  1.691.588 ton pada 2005 dari sebelumnya hanya 979.628 ton. Hal ini dipicu oleh tingginya tingkat permintaan mie instan dibandingkan tahun sebelumnya yang relatif masih rendah. Kenaikan kapasitas yang cukup pesat tersebut didukung oleh adanya perluasan kapasitas dari beberapa pemain yang sudah memiliki pasar cukup baik seperti merek ABC, Mie Gaga, Salam Mi, Alhami dan terutama produk dari Grup Indofood (Indomie, Supermie dan Sarimi). Pada 2006 tidak terjadi penambahan, sebab kapasitas produksi yang ada masih mencukupi kebutuhan.

Pada 2007 kapasitas produksi hanya mengalami peningkatan sekitar 1,0% yaitu menjadi sekitar 1.708.504 ton per tahun. Terutama karena adanya perluasan dari produsen besar yaitu PT. Indofood Sukses Makmur. Sekitar Rp 400 miliar dari total belanja modal tahun 2007  digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi mie instant  sebanyak 1 miliar bungkus. Sampai akhir 2006 perseroan memiliki kapasitas produksi terpasang sebanyak 13,5 miliar dan akan ditingkatkan menjadi 14,5 miliar bungkus tahun 2007. Seiring dengan krisis global yang terjadi pertengahan 2008, beberapa produsen menghentikan produksinya terutama produksi untuk segmen bawah. Namun kondisi ini tidak mempengaruhi industri mie instan nasional. Sebab beberapa produsen besar mampu menambah kapasitas produksinya. Kapasitas produksi mie instan nasional meningkat relatif kecil hanya 0,9% menjadi sekitar 1.725.589 ton per tahun.
       
Pada 2009 ini seiring dengan mulai  membaiknya kondisi ekonomi, kapasitas produksi mie instan diperkirakan akan meningkat menjadi 1.880.892 ton per tahun, atau akan meningkat sekitar 8,9%. Hal ini didukung oleh Grup Indofood sebagai produsen mie instan terbesar yang merencanakan akan melakukan penawaran obligasi untuk membiayai ekspansi usahanya termasuk meningkatkan kapasitas produksi. 

Produksi meningkat 7,7%
Pada periode lima tahun terakhir, produksi mie instan mengalami peningka¬tan yang cukup pesat. Hal ini didorong  oleh permintaan yang terus meningkat. Bagi sebagian besar konsumen produk mie sering menjadi andalan pengganti makanan pokok yang sangat praktis. Di saat harga-harga makanan lainnya melonjak, maka konsumen beralih ke mie instan yang relatif lebih murah. Sampai dengan 2007  produksi mie instan masih mengalami peningkatan yang cukup pesat dari tahun ke tahun.  Pada 2004 produksi mie instan tercatat 974 ribu ton atau sekitar 12,9 milyar bungkus. Kemudian terus meningkat masing-masing menjadi 1,0 juta ton (13,5 miliar bungkus) pada 2005 dan 1,3 juta ton (18 miliar bungkus) pada 2006. Produksi mie secara nasional pada 2007 tumbuh sekitar 6,7%  dibanding tahun sebelumnya, yaitu mencapai 1,4 juta ton atau dengan jumlah penjualan mencapai 19,2 miliar bungkus. Pada 2008 industri mie instan terus meningkat sebesar 7,7% atau menjadi 1,5 juta ton. Penurunan terutama pada segmen bawah karena peningkatan harga jual mie instan seiring dengan kenaikan harga bahan baku utama yaitu tepung terigu. Kenaikan harga menyebabkan permintaan pada segmen bawah merosot, hal ini mengakibatkan sebagian produsen mie instan segmen bawah menghentikan produksi.    
Pada 2009 seiring dengan mulai membaiknya daya beli masyarakat, produksi diperkirakan akan meningkat kembali. Produksi diperkirakan akan mampu meraih pertumbuhan sekitar 20% menjadi 1.880.892 ton.  
PT. Indofood sebagai produsen mie instan terbesar, pada tahun ini akan menawarkan obligasi senilai Rp 1 triliun. Sebagian dari dana tersebut akan digunakan untuk meningkatkan produksinya.    











BAB IV
PENUTUPAN


A.           KESIMPULAN
Klasifikasi pasar persaingan sempurna pada industri mie instan di Indonesia
1.             Terdapat beberapa penjual
Produsen mie instan di Indonesia : Grup Indofood (indomie), PT Nissin Mas (pop mie) , PT ABC (top ramen/mie ABC), PT Jakarama Tama(michiyo dan miduo) ,PT Nestle (maggi mi), Pt Barokah Inkopontren (barokoh), Grup Wings (mie sedap/mie sukses’s),PT Olagafood (alhami/santremie/maitri), PT Tiga Pilar Sejahter (bihun cap cangak ular/hahami/mikita).
2.             Barang yang dijual homogen atau berbeda corak namun terdiferensiasi
Grup Indofood (indomie), PT Nissin Mas (pop mie) , PT ABC (top ramen/mie ABC), PT Jakarama Tama(michiyo dan miduo) ,PT Nestle (maggi mi), Pt Barokah Inkopontren (barokoh), Grup Wings (mie sedap/mie sukses’s),PT Olagafood (alhami/santremie/maitri), PT Tiga Pilar Sejahter (bihun cap cangak ular/hahami/mikita). Perusahaan tersebut adalah perusahaan yang memproduksi mie instan dengan merk yang berbeda-beda(misalnya saja indomie dan sarimie yang diproduksi oleh grup indofood), rasa yang berbeda-beda yaitu indomie dengan rasa sambal matah , rasa empal gentong, soto dan mie sedap ras sambal goreng , rasa kari ayam dan kemasan yang berbeda-beda.
3.             Sulit dimasuki perusahaan baru
Adanya hambatan produsen mie instan baru yang ingin memasuki pasar karena adanya satu perusahaan pemimpin besar seperti dalam pasar mie instan leader market adalah Indofood yang menguasai pangsa pasar tapi produsen baru masih dapat memasuki pasar mie instan apabila dapat bersaing dengan produk mie instan dari PT.Indofoot Sukses Makmur Tbk. Seperti hal nya yang dilakukan oleh PT Mayora Indah Tbk yang bisa dikatakan baru memasuki industri mie instan yaitu dengan memproduksi mie instan yang bernama bakmi mewah rasa .
4.             Membutuhkan peran iklan
Strategi pemasaran melalui iklan ini akan selalu tetap di adopsi dan di pertahankan industri mie instan untuk bersaing dengan lawannya. Seperti oleh PT. Indofood karena merupakan satu-satunya strategi yang paling laris dan mnyeluruh.maka membuat iklan dengan lagu indomie seleraku dan gambar orang-orang sedang makan mie instan. Berbeda dengan mie sedap , yaitu dengan membuat iklan dengan menggunkan artis untuk menarik pembeli.
5.             Terdapat satu market leader (pemimpin pasar)
Hampir selama 4 dekade Indomie menjadi penguasa mutlak pasar mie instant Indonesia. Pada tahun 2002 Indomie menguasai  90% pangsa pasar sebagai dominantmarket leader, Indofood sempat terlena me-maintain pasarnya sehingga kesempatan ini dimanfaatkan oleh pendatang baru Mie Sedaap dari WingsFood dan Mie Kare dari Orang Tua Group. Persaingan cepat ini mengakibatkan Indomie kehilangan sebagian pangsa pasarnya. Market share yang mencapai 90% menjadi 70%..
6.             Harga jual tidak berubah
Dalam pasar oligopoli ini harga yang keluar tigak cepat naik atau turun, bisa dikatakan harga selalu stabil dan tidak mudah berubah. Tiap tahun nya harga mie instan meningkat 10%. Karena penjualan yang stabil terhadap suatu produk yang diluncurkan oleh suatu perusahaan sudah cukup menghasilkan keuntungan, namun apa bila tiba-tiba harga naik otomatis pembeli akan berfikir kembali untuk membeli produk ini dan bisa jadi pembeli beralih pada produk perusahaan lainya yang menjual varian yang sama namu harga lebih murah dengan kualitas yang hampir sama
Pangsa pasar mie insatan di Indonesia dikuasai oleh Indofood Sukses Makmur menguasai pangsa pasar sekitar 70,7 persen mi instan. Wings sebesar 17.20% , ABC President 1.80% , Jakarama Tama 2.80% ,lainnya 7.50%.
Jumlah konsumsi mie instan di Indonesia berdasarkan data yang dihimpun Berdasarkan data yang dihimpun World Instant Noodles Association (WINA), total konsumsi mi instan di Indonesia diperkirakan mencapai 14,8 miliar bungkus pada 2016. Angka ini meningkat dari konsumsi tahun sebelumnya, yakni 13,2 miliar bungkus. Selain itu, pada 2017 diproyeksikan akan kembali mengalami peningkatan hingga 16 miliar bungkus. 
Data World Instant Noodles Association (WINA) juga memberi konfirmasi bahwa konsumsi mie instan masyarakat Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, konsumsi mie instan masyarakat Indonesia sudah mencapai 14,9 miliar bungkus, atau mengalami peningkatan sebesar 1 miliar bungkus bila dibandingkan dengan konsumsi pada tahun 2009. Itu artinya, secara rata-rata setiap orang Indonesia mengkonsumsi sekitar 60-61 bungkus atau 1,5 dus mie instan pada tahun 2013. Tingginya angka konsumsi mie instan ini menempatkan Indonesia di posisi kedua sebagai negara pengkonsumsi mie instan terbesar di dunia setelah Cina, yang konsumsinya mencapai 46,2 miliar bungkus.
            Jumalah penjulaan mie instan menurut merk yaitu :
PT Indofood Suskes Makmur      :2003 (59.418) ,2004(113.430), 2005(119.658),  2006(179.529)
PT Sayap Mas Utama ( Wings)     : 2003 (56.231),2004 (99.432), 2005 (212.459), 2006 (212.459)
Oarang Tua Grup                          : 2003 (13.508),2004 (15.808), 2005 (19.597), 2006 (40.249)
PT ABC President                        : 2004(11.507), 2005(12.563), 2005(10.131), 2006(16.020)
PT.Dellifood Sentosa Corpido   : 2004(10.471), 2005(10.391), 2005(7.990), 2006(14.246)
PT Jakarana Tama                         :2004(7.261), 2005(2.757), 2005(53), 2006(38).
B.            SARAN
·                Untuk para pengusaha di industri mie instan bersaing secara sehat tidak perlu saling menyerang dengan mengeluarkan produk
·                berikan peluang bagi pengusaha baru masuk.
·                Untuk konsumen kurangi mengkonsumsi mie instan karena tidak baik untuk kesehatan
























BAB V
REFERENSI


https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/01/30/indofood-kuasai-71-pasar-mi-instan-indonesia

http://anggipay.blogspot.co.id/2012/03/pasar-oligopoli.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRUKTUR PASAR : PASAR OLIGOPOLI

PASAR OLIGOPOLI PADA INDUSTRI MIE INSTAN DI INDONESIA (Mata Kulian Ekonomi Industri) Suharmo,SE, MSI Disusun oleh : DESSI WULANDARI C1A015005 KEMENTERIAN RISET,TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PURWOKERTO 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah yang ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berkontribusi dalam pembuatan makalah yang berjudul “PASAR OLIGOPOLI PADA INDUSTRI  MIE INSTAN DI INDONESIA” Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Terlepas dari itu semua, penulis menyadari masi ada kekurangan dalam makalah ini untuk itu penulis meminta kritik dan saran demi terwujudnya paper yang lebih baik Purwokerto, 19 November  2017 Penulis BAB I PENDA...

ANALISIS EKSPOR CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA

ANALISIS EKSPOR CPO INDONESIA (Mata Kulian Ekonomi Internasional) Suharno,SE, M.Si Disusun oleh : YANTI RAHMAWATI          C1A015003 DESSI WULANDARI           C1A015005 KEMENTERIAN RISET,TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PURWOKERTO 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segaloa rahmat-Nya sehingga makalah yang ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berkontribusi dalam pembuatan makalah yang berjudul “ ANALISIS EKSPOR CPO DI INDONESIA” Penulis berharap makal a h ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Terlepas dari itu semua, penulis menyadari masi h ada kekurangan dalam makalah ini untuk itu penulis meminta kritik ...